Di suatu pagi, seorang anak melihat ibunya pulang dari pasar membawa begitu banyak sayuran. Dengan wajah ceria, dia menyambut sambil berloncat-loncat kecil...membututi ibunya dari belakang ke arah dapur.
Saat makan siang, sang anak berkata, "Ibu... Kalau Adi besar nanti Adi mau jadi tukang sayur, yang dorong-dorong bawa gerobaknya, ah!"
Jika kita berdiri di posisi orangtua Adi, kira-kira apa respons kita terhadap celoteh dari Adi tersebut?
Bisa jadi kita akan berkata, "Ih, cita-cita kok jadi tukang sayur? Yang keren dikit dong!"
Atau kita berucap, "Emang Adi ga malu, cuman mau jadi kayak Bang Minuk yang dorong sayur di depan rumah teriak sayurrr... sayuurrr...?!!"Dan mungkin masih banyak komentar lainnya, yang serupa.
Bapak/Ibu pendidik hebat. Bila situasi itu terjadi di kelas kita, terhadap salah satu peserta didik kita, apa kiranya respons Bapak/Ibu?
Akankah kita berespons hal yang serupa terhadap si Adi? Sebenarnya di usia berapakah waktu yang tepat untuk mengeksplore dan mengenal bakat dan minat anak? Saat mereka sudah mulai remaja? Pemuda/pemudi?
Di masa remaja, seorang anak sedang bergumul untuk menemukan jati dirinya, mereka cenderung lebih menyukai untuk melihat dan meniru serta ingin menjadi seperti idola mereka.
Kondisi seperti itu, justru bisa mengkontaminasi kemurnian passion mereka. Bukankah dengan demikian lebih sulit mengenalinya?
Di usia pemuda dan pemudi, passion seseorang biasa sering tersamar dengan dorongan yang lebih besar untuk beroleh uang demi kehidupan di masa depan ketimbang benar-benar menggali minat dan bakat diri mereka.