Lihat ke Halaman Asli

Erlangga

Nothing Last Forever, We can change The Future

Tingkat Depresi Anak SMA Tingkat Akhir

Diperbarui: 12 Februari 2020   11:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Anak SMA tingkat akhir merupakan sebutan bagi siswa SMA yang sudah kelas 12 yang akan memasuki semester-semester akhir menuju kelulusan. Banyak orang, terutama orang yang sudah lulus sekolah dan tidak sekolah mempertanyakan mengapa banyak anak kelas 12 SMA yang terlihat depresi akhir-akhir ini. 

Depresi, dapat diartikan sebagai sebuah kondisi medis yang dirasakan manusia, pada saat sedih, banyaknya tekanan dan frustasi, sehingga dapat berdampak kepada kesehatan mentalnya dan tak jarang berdampak ke kesehatan jasmani. Bahkan, tindakan-tindakan negatif pun dapat dilakukan oleh seseorang yang depresi. 

Siswa kelas 12 memang cenderung merasakan depresi tetapi tidak akut. Tugas yang banyak, belum lagi tugas portofolio yang menumpuk disetiap pelajaran dan tes-tes yang harus dihadapi  oleh siswa kelas 12, membuat mereka tidak dapat menyiapkan diri untuk menghadapi ujian nasional dan persiapan untuk kedepannya setelah lulus. 

Kehidupan sosial dengan teman-teman dan keluargapun jadi berkurang karena saat pulang sekolah, anak sekolah langsung masuk kekamarnya dan langsung mengerjakan tugas. Belum lagi tugas-tugas yang banyak, mengejar-ngejar guru untuk dites lisan, ulangan yang harus dihadapi disetiap minggunya dan sebagainya. 

Faktor-faktor ini tentunya membuat siswa kelas 12 semakin frustasi dan memaksakan diri untuk menyelesaikan semua tugasnya. Disinilah tanda depresi dapat kita ketahui. Kita tahu, tidak semua hal dapat berjalan dengan lancar. Begitu juga tugas, semakin banyak maka akan membuat siswa kelas 12 semakin tertekan.

Dan akhirnya, depresi pun tak ter elakkan. Di Indonesia, sistem pendidikan membuat banyak siswa SMA tingkat akhir semakin frustasi dan depresi bahkan pada akhirnya menyerah dengan mengakhiri hidup mereka. Sebaiknya pemerintah lebih memikirkan kondisi para pelajar tingkat akhir yang harus mempersiapkan diri untuk kedepannya setelah lulus. 

Akan tetapi, ini malah diberi tugas yang menumpuk seperti tugas portofolio dan sebagainya.  Sekali lagi, depresi tidak dapat dipandang sebelah mata ataupun enteng. Sudah banyak sekali kejadian yang tidak mengenakkan diakibatkan dari depresi yang dialami anak pelajar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline