Lihat ke Halaman Asli

Gapai Cita yang Tak Sejalan dengan Keinginan Sendiri

Diperbarui: 23 November 2023   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri Wati

Perempuan yang kerap disapa dengan Wati lahir pada tanggal 04 Oktober 1998. Ia merupakan seorang perempuan yang cukup tekun, gigih, dan telaten dalam melakukan segala sesuatu. Sejak kecil ia sangat senang dengan seni menggambar dan melukis hingga membuatnya bercita-cita menjadi seorang arsitektur. Namun keinginan itu seakan pupus, sebab ia berasal dari keluarga dan lingkungan yang mayoritas pekerjaannya di dunia pendidikan. Secara tidak langsung menjadi sebuah tuntutan tersendiri yang harus dipenuhi oleh para generasinya. Begitupun dengan Ibunya yang tentu menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Adanya hal ini membuat ia merasa gelisah dalam memilih karier antara pilihan sendiri atau mengikuti keinginan Ibunya.  

Perbedaan antara keinginan Wati dengan Ibunya terjadi saat ia masuk jenjang SMA. Di mana ia ingin melanjutkan sekolah ke SMK dengan jurusan Desain Permodelan dan Informasi Bangunan (DPIB) yang harapannya nanti bisa melanjutkan kuliah arsitektur. Akan tetapi berbeda dengan Ibunya yang menginginkan ia melanjutkan di SMA/MAN. Sebenarnya ia sudah mendapat lampu hijau dari ayahnya, namun semua kembali pada keputusan Ibunya. Akhirnya ia sekolah di salah satu MAN yang dipilih oleh ibunya.       

"aslinya dulu aku pengen masuk SMK jurusan DPIB, tapi ngga jadi soalnya ngga dapat izin Ibu. Kalo ayah sih lebih ngebebasin anaknya, tapi ibu udah ngga ngizinin mau gimana lagi" Ujar Wati, Minggu (12/11/2023) 

Tuntutan ini terus berlanjut setelah Wati lulus MAN yang mana ia harus melanjutkan kuliah jurusan pendidikan. Selain itu ia juga tidak dibolehkan untuk berkuliah di luar kota. Pada akhirnya ia mengambil jurusan PGMI di Universitas yang jaraknya cukup dekat dengan rumah. Lagi-lagi ia harus merelakan cita-citanya yang dari dulu ingin menjadi seorang arsitek. Semua tuntutan dari ibunya selalu ia turuti, meskipun dalam hati kecilnya sangat terbebani.

Setelah berjalannya waktu, ia lulus dengan gelar S.Pd yang membuat ibunya sangat senang dan bangga padanya. Sebenarnya saat masih kuliah semester akhir pun ia sudah ditawari untuk mengajar oleh kepala sekolah. Sebab dari awal ia tidak punya niat untuk menjadi guru, maka tawaran itu ditolak. Keputusannya cukup membuat ibunya kecewa dan sempat tidak komunikasi 2 hari, tapi kali ini ibunya tidak lagi egois. Ia memilih untuk bekerja di luar gelarnya, mulai dari menjadi karyawan toko hingga admin di dua toko yang berbeda. Ia juga membuka usaha sampingan sendiri yang berbau seni seperti jasa henna tangan, henna craft, dan kaligrafi.

"ya udah cape aja dari dulu ngikutin kemauan ibu terus. Sekali-kali aku juga pengen jalani hidup sesuai sama passion/keinginanku dan alhamdulillah nya kali ini ibu ngasih kesempatan itu" Ujar Wati, Minggu (12/11/2023) 

Hampir kurang lebih selama 2 tahun Wati menjelajah berbagai macam pekerjaan dan akhirnya ia ada di titik capek sendiri. Dari semua pekerjaan yang pernah dijalaninya tidak ada satu pun yang menurutnya sesuai dengan passionnya, kecuali usaha sampingannya. Sambil menangis ia ngobrol dengan ibunya bahwa akan mencoba menjadi guru saja. Mendengar hal itu tentu membuat ibunya ikut terharu dan bahagia. Sekarang Wati sudah menjadi guru di SD, meskipun cukup berat untuk menjalaninya namun karena niat mewujudkan cita-cita ibu insyaAllah semua akan dan selalu dipermudah.

"aku udah di titik pasrah jalani hidup, kaya ngga ada arah aja gitu. Akhirnya aku memutuskan buat balik ke ibu, mencoba mewujudkan keinginan ibu yang sempat aku bantah kemarin. Sekarang aku mencoba untuk bisa ikhlas aja, buktinya juga nggak kerasa udah mau 2,5 tahun aja jadi guru" Ujar Wati, Minggu (12/11/2023) 

Semua akan selalu terasa berat jika kita menjalani segala sesuatu dengan tidak ikhlas. Yakin dan percaya bahwa jika tujuan utama untuk membahagiakan orang tua, maka hidup akan terasa lebih ringan. Tidak ada salahnya kita keluar dari zona nyaman atau bertolak belakang dengan passion yang dimiliki. Harus selalu ditanamkan pada diri bahwa "hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan pernah dimenangkan"-Sutan Sjahrir.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline