Lihat ke Halaman Asli

Tragedi Kepemilikan Bersama

Diperbarui: 6 Maret 2016   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seorang filosofer bernama Whitehead mengatakan bahwa makna dari kata “tragedi” sendiri bukanlah ketidakbahagiaan. Ketidakbahagiaan tersebut tidak karena adanya tindakan fisik ataupun non fisik, namun karena adanya pihak yang berusaha memiliki alam yang seharusnya dimiliki bersama.  Tragedi kepemilikan bersama  terjadi ketika alam yang sebenarnya milik umum atau bersama, berusaha untuk dimiliki secara personal demi keuntungan yang ingin diraihnya. Sumber daya alam yang ada di dunia sifatnya terbatas. 

Ketika orang menggunakan atau mengeksploitasi demi keuntungan pribadi maka sumber daya alam akan menipis, orang lain pun tidak dapat ikut menikmati sumber daya alam tersebut. Keserakahan dari pihak – pihak tertentu yang dilakukannya untuk tujuan mencari keuntungan juga akan merusak alam. 

Kesadarean masyarakat harus dibangun, agar menggunakan sumber daya alam secukupnya. Sumber daya alam bersifat tetap dan bisa habis. Manusia yang semakin banyak, maka semakin banyak pula sumber daya alam dibutuhkan. Masyarakat juga harus cerdas dan peka akan masalah – masalah lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Tidak hanya menggunakan, namun juga harus bertanggungjawab untuk menjaga dan melestarikan alam tersebut.  

Banyaknya manusia yang semakin bertambah juga dapat memicu polusi. Polusi disebabkan oleh perilaku manusia yang tidak bertanggungjawab yang menyebabkan kerusakan alam. Semakin banyak manusia yang tinggal di dunia akan semakin terjadi banyak kemungkinan yang memicu bertambahnya polusi. 

Dikaitkan dengan teragedi kepemilikan bersama, polusi dapat dipicu oleh para petinggi  - petinggi yang menggunakan lahan dan menjadikannya hak milik sehingga tampak seperti hak milik yang seharusnya dimiliki oleh bersama namun seakan – akan hanya dimiliki seorang diri. Belum lagi polusi dari asap kendaraan masyarakat yang mengganggu dan menyebabkan udara kotor. Intinya, semakin banyak manusia, akan semakin banyak pula polusi dalam bentuk apapun.

Tragedi kepemilikan bersama terjadi kependudukan yang terlalu banyak menimbulkan masalah. Kebebasan yang ada sering disalah artikan oleh masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Garret Hardin yaitu “Freedom in commons brings ruin to all”. Manusia menggunakan kebebasan dengan tidak bijaksana. Alhasil, banyak masalah yang terjadi akibat ulah manusia itu sendiri. 

Pasalnya, dunia memiliki batas untuk menampung manusia. Ketika terlalu banyak manusia yang ada, maka semakin banyak pula masalah yang akan terjadi. Ketika tidak ada pembatasan kelahiran, maka yang akan terjadi adalah berkurangnya persediaan sumber daya alam hingga pada akhirnya menyebabkan kelaparan. Sumber daya alam yang digunakan terlalu banyak orang lama kelaman akan habis dan punah. Menghambat jumlah kelahiran atau 2 anak saja cukup merupakan salah satu jalan untuk meminimalisir jumlah penduduk dan juga menghemat sumber daya alam.  

Pembatasan kelahiran tidak mendapat respon yang positif dari masyarakat. Namun pemerintah berkomitmen demi mensejahterakan kehidupan rakyat. Demi kesejahteraan yang sudah  menjadi komitmen, setiap keluarga harus berkomitmen dengan agama, ras, ataupun suku. Setiap pasangan memang mempunyai kebebasan untuk melahirkan, namun kebebasan tersebut akan dikunci untuk membebaskan ataupun mencegah terjadinya tragisnya kehidupan dalam dunia.

Namun ketika dihadapkan oleh agama, pembatasan kelahiran akan dinilai salah, karena menghilangkan kehidupan manusia lain. Ketika manusia tidak bisa menyeimbangkan pikiran, yang terjadi hanyalah kebingungan. Untuk memutuskan akan memutuskan suatu pilihan memang sulit. Dalam kasus ini, agama versus keberlangsungan alam. Manusia itu sendiri yang akan memutuskan. Dampak – dampak dari tindakan masyarakat juga harus diketahui. Tidak semua negara memiliki kaya yang melimpah. Ada pula negara yang miskin. 

Ketika tidak ada pembatasan kelahiran, maka negara miskin akan bertambah miskin dan akan menambah angka kelaparan ataupun gizi buruk yang terjadi pada anak – anak mereka pada akhirnya. Hal tersebut termasuk hukuman yang menjadi konsekuensi bagi masyarakat yang memang tidak setuju dengan kebijakan 2 anak cukup. Adanya penduduk yang meluber, membuat Cina menetapkan kebijakan 1 anak cukup. Seperti yang dilannsir dari Antaranews, ibu – ibu ataupun remaja yang hamil tidak segan untuk datang ke klinik KB yang menyediakan jasa aborsi untuk menggugurkan kandungannya.

Kesadaran masyarakat harus ditingkatkan. Kepekaan masyarakat harus dilatih. Terlalu banyak masalah – masalah yang ada di Indonesia. Adanya masalah tersebut melatih manusia agar sadar untuk dapat memperbaiki masalah – masalah tersebut. Ketika ada seorang yang melanggar aturan – aturan yang sudah dibuat dan disepakati bersama, hukum harus ditegakkan. Jika hukum dilakukan secara adil dan tegas, manusia akan jera. Alam merupakan tanggungjawab manusia. Alam dan manusia saling membutuhkan dan tidak dapat terpisahkan. Saling menjaga dan melestarikan akan menjadi jalan yang baik untuk dapat menyelesaikan masalah – masalah yang timbul akibat ulah manusia itu sendiri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline