Masak, masak sendiri.............................
Makan, makan sendiri............................
Potongan lirik lagu yang populer dilantukan oleh Caca Handika diatas agaknya mewakili keadaan saya belakangan ini. Sudah hampir 1,5 bulan, saya memutuskan untuk tidak lagi membeli makanan di warung langganan dekat kontrakan, melainkan memasak makanan secara mandiri. Ya, sebagai anak rantauan yang jauh dari kampung halaman, kiranya saya mesti pandai-pandai mengatur urusan pengeluaran termasuk dalam hal urusan perut.
Awalnya, ketika memutuskan untuk memasak makanan sendiri, saya sempat dibuat kelimpungan, sebab saya bukan termasuk orang yang mahir dalam urusan masak memasak, namun demikian, atas nama sebuah penghematan, saya bulatkan niat saya untuk memasak makanan sendiri. Guna memudahkan niat saya tersebut, saya membuat sebuah perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan tersebut berkaitan dengan daftar menu harian, bahan makanan seperti sayuran dan lauk pauk serta bumbu-bumbu yang akan saya gunakan untuk keperluan memasak.
Mengingat terbatasnya peralatan memasak yang saya miliki di kontrakan, saya memilih menggunakan bahan makanan yang murah didapat alias ramah dikantong, mudah dimasak alias tidak terlalu membutuhkan banyak alat dan bumbu yang begitu kompleks. Terkait penggunaan bumbu dapur saya tertarik untuk menggunakan bumbu memasak instan. Pertimbangan utama saya memakai produk bumbu instan adalah faktor kepraktisan baik dari segi takaran bumbu maupun penggunaan waktu, sebab saya tak perlu pusing meracik bumbu terlebih dahulu.
Saya adalah seorang penyuka berbagai jenis masakan, termasuk masakan berkuah, tumisan maupun gorengan. Berawal dari hal tersebut, kemudian saya berusaha melakukan penelurusan terhadap produk bumbu instan yang mengakomodasi berbagai jenis masakan kesukaan saya melalui mesin pencari (search engine).
Ya, di dunia yang serba digital ini, segala hal bisa diakses melalui bantuan internet termasuk bagi saya dalam melakukan pencarian terhadap produk bumbu memasak instan. Lantas, pada saat itu mesin pencari mengarahkan saya ke sebuah website yang membahas mengenai produk Ajinomoto. Tak pakai lama, saya kemudian membaca berbagai informasi yang tercantum dalam website tersebut. Wawasan saya akan berbagai hal yang berkaitan dengan produk Ajinomoto-pun menjadi terbuka bukan hanya mengenai variasi atau jenis produk, namun menyangkut pula soal kehalalan dan keamanan.
Mendapatkan Informasi Mengenai Variasi, Keamanan dan Kehalalan Ajinomoto
Sejatinya, Ajinomoto merupakan sebuah produk penyedap rasa yang dibuat dari bahan-bahan baku utama yaitu tetes tebu pilihan dengan menggunakan proses fermentasi melalui bantuan mikroba. Dalam proses fermentasi tersebut, glukosa yang terdapat pada tetes tebu atau tepung tapioka diubah oleh mikroba menjadi asam glutamat, kemudian asam glutamat diubah menjadi kristal Monosodium Glutamat (MSG).
Monosodium Glutamat (MSG) adalah garam sodium dari glutamat, salah satu asam amino alami penyusun protein. Glutamat terdapat dalam hampir semua makanan. Secara alamiah, glutamat terdapat dalam bahan makanan seperti tomat, jamur, kol, keju, ikan laut, daging dan bahkan di dalam Air Susu Ibu (ASI). Penemuan terbaru tahun 2007 menunjukkan bahwa lidah dan lambung memiliki reseptor glutamat. Keberadaan reseptor tersebut dapat membantu dalam memperlancar proses pencernaan.
Komposisi Monosodium Glutamat (MSG) adalah natrium 12 %, glutamat 78 % serta air 10 %. Sehingga dapat dikatakan, MSG adalah unsur nutrisi bukan unsur kimia berbahaya. Penggunaan MSG dalam makanan dapat mengurangi konsumsi garam dapur sekitar 20 hingga 40 persen. Hal tersebut dapat membantu mengurangi resiko hipertensi dan jantung dengan tetap memberikan rasa yang lezat dalam masakan tersebut.