Lihat ke Halaman Asli

Terpuruk dalam Kemiskinan

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita ini aku angkat berdasarkan fakta dan realita yang nyata. Tanpa ada rekayasa semata. Cerita ini berawal ketika Aku keluar dengan tujuan membeli pulsa kebetulan Telkomsel Aku pakai, dan sambil menikmati sejuknya angin malam. Habis puasa seharian membuat Aku kepanasan dan gerah bukan main.

Malam itu sehabis tarwih aku keluar dengan menggunakan sepeda motor, pelan-pelan saja ah sambil menikmati sejuknya angin malam, pikir ku dalam hati. Diperjalan mata ku menoleh ke arah sosok ibu yang duduk di atas kursi roda yang terbuat dari kayu di pinggiran jalan. Ibu itu terasa capek dan ngantuk terlihat oleh ku, karena pada waktu itu, beliau duduk dengan posisi menyanggalkan kepala di lututnya. Pikir ku dalam hati, ntar aja ah Aku singgah klo sudah membeli pulsa. Tak lama setelah memebeli pulsa Aku langsung pulang. Aku menyempatkan diri mampir sejenak ke Ibu yang tadi. Aku kaget ketika menghampiri Ibu itu, siapa yang menyangka ada seorang bayi mungil disampingnya yang terbaring di atas terotoar jalanan. Aku terdiam sejenak melihat si bayi yang tanpa beratapkan apa pun dengan hembusan angin malam yang sangat tidak baik buat kesehatan. Apa lagi si bayi yang kondisi tubuhnya belum bisa dihadapkan dengan suasana seperti itu. Sungguh kasihan Aku melihat kondisi seperti ini, lantas siapa yang harus disalahkan dengan semua ini. Sementara Ibu itu dengan kondisi fisik yang kurang baik. Salah satu kakinya telah diamputasi, katanya diakibatkan oleh penyakit polio.

Dulunya ketika Ibu itu terkena penyakit polio, rumah sakit masih jarang ditemui, itu pun kalo ada, biaya untuk berobat sangat mahal. Akhirnya mau tidak mau, kakinya harus dipotong atau diamputasi demi menghilangkan virus polio, karena kalau tidak virus polio akan menjalar dan bisa menyebabkan kelumpuhan sekujur tubuh serta dapat menyebabkan kematian. Makanya sampai sekarang demi menyambung hidup beliau mencari nafkah dengan cara mengemis, berharap belas kasih dari orang lain.

Lalu Aku mencoba menyadarkan diri dari lamunan, dan mengambil sedikit uang yang tersisa dari saku celana Aku lalu ku berikan kepada ibu itu. Mudah-mudahan aja uang itu cukup buat makan dan membeli susu buat si bayi. Aku pun langsung pulang meninggalkan mereka berdua. Semoga ada yang bisa membantu mereka lebih untuk tetap bertahan dalam menghadapi hidup ini.

Mereka layak mendapat yang terbaik, apa lagi untuk masadepan si bayi yang  cerah.

Semoga dibulan Ramdhan ini, masih banyak orang-orang yang mau mengulurkan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Dan semoga mereka yang dalam kondisi sangat membutuhkan tetap ceria dibulan ramdhan ini.

Marilah kita sambut bulan ramdhan ini dengan memperbanyak amal dan sodakoh agar puasa kita semakin bermakna dan mendapat ridho dari Allah SWT. Dan ceriakan ramadhan ini bersama Telkomsel Ramdhanku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline