SEPAK BOLA Indonesia kembali menampakkan wajah berduka atas meninggalnya Ricko Andrean Maulana, ia adalah seorang bobotoh atau pendukung Persib Bandung yang merupakan korban salah sasaran oleh oknum suporter sepak bola saat menonton pertandingan Persib melawan Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api pada Sabtu (22/7/2017) malam lalu setelah sebelumnya sempat dirawat intensif di Rumah Sakit Santo Yusuf Bandung.
Hampir setiap tahun rivalitas suporter sepakbola menjelma menjadi amukan yang membabi-buta. Mulai dari kekecewaan atas kekalahan tim kebanggaan di lapangan, keputusan wasit yang dirasa tidak bijak, adu yel-yel di dalam stadion yang berujung pada kerusuhan massal atau menghadapi tim lawan yang dianggap sebagai musuh bubuyutan menjadikan suporter sepakbola fanatik lokalistik.
Ricko Andrean menambah rentetan daftar korban meninggal dunia saat menonton tim kesayangannya berlaga. Berdasarkan data Save Our Soccer (SOS), ada 54 suporter sepakbola lainnya yang meninggal dunia di Indonesia mulai dari tahun 1995 sampai dengan 2016. Data tersebut menunjukan hampir setiap tahun terjadi korban meninggal dunia akibat amukan suporter yang membabibuta dan menggambarkan bahwa rivalitas suporter sepak bola sudah kebablasan.
Kasus di atas seharusnya menjadi penting untuk membangkitkan kesadaran suporter sepakbola. Jika terus dibiarkan akan lebih banyak lagi perilaku kolektif yang menyebarkan kebengisan dan sikap tidak toleran terhadap perbedaan yang dapat mengancam ketenangan dan kehidupan dunia sepakbola. Maka tidak heran jika suporter sepak bola mendapatkan stigma dari masyarakat.
Meskipun saya akui masih ada, bahkan mungkin banyak suporter yang memiliki sikap positif dengan saling menghargai atas perbedaan dan suporter seperti ini memahami bahwa rivalitas suporter hanya ditunjukan dalam waktu 2 X 45 menit saja, tentu hal tersebut jauh lebih baik.
Perbedaan dalam mendukung tim sepakbola kesayangan bukan berarti bebas melakukan tindakan kekerasan atau kerusuhan. Suport tim lokal adalah satu keharusan sebagai sebuah kebanggaan, tapi hal ini mesti dibarengi dengan nilai-nilai yang terkandung dalam dunia olahraga khususnya sepakbola agar benar-benar terwujud bahwa sepak bola adalah salah satu yang dapat mempersatukan bangsa.
Sepak bola mengajarkan kita sportivitas bukan kecurangan, sepak bola mengajarkan kita kerjasama bukan kesemrawutan, sepak bola mengajarkan kita saling menghargai bukan main hakim sendiri apalagi melakukan tindakan anarki. Nilai-nilai tersebut berlaku untuk pemain, wasit dan penonton (supporter) sepak bola. Tentu nilai-nilai diatas sebenarnya menjadi peluang bahwa olahraga dapat membawa kita pada arah pembentukan karakter yang positif.
Tindakan kekerasan yang membabibuta diakibatkan belum adanya kesadaran untuk memahami nilai-nilai dari olahraga sepak bola. Suporter sepak bola yang anarki masih terjebak dalam istilah 'musuh yang harus dimusnahkan' padahal hal tersebut hanya membuat wajah dunia sepak bola semakin memburuk karena oknum yang kurang mawas diri.
Inilah yang membuat sepakbola kita tidak akan bersih terlepas dari kasus-kasus lainnya. Tindakan anarkis juga tidak membuat tim yang didukung lebih baik, karena sepakbola mengajarkan kita untuk berlomba meraih prestasi sebanyak-banyaknya bukan menghilangkan nyawa sebanyak-banyaknya.
Kita tidak boleh menutup mata atas peristiwa ini. Untuk siapapun kalian yang merasa bahwa menghilangkan nyawa antar suporter apalagi salah sasaran itu dapat membuat suatu kebanggan diri membela tim kesayangan, mari kita beralih kepola pikir bahwa sepak bola tidak sesempit dan seanakri itu dan saya masih percaya bahwa banyak para suporter sepakbola yang sudah dapat memahami bahwa sepak bola mengantarkan kita pada persatuan bangsa bukan pemecah belah bangsa.
Untuk itu mari sama-sama untuk dapat mewujudkan sepakbola yang memiliki sifat rekreatif, edukatif dan prestatif. Juga kita harus mendukung pemerintah untuk mencari solusi atas kejadian kemarin dan pernyataan resmi terbaru dari Kemenpora yaitu akan menyelenggarakan islah antar suporter Indonesia. Semoga rencana tersebut akan menjadi titik terang bagi wajah sepak bola Indonesia kedepannya. Dalam perbedaan mari kita sama-sama bekerja, dalam persamaan mari kita berkerjasama untuk sepakbola tanah air yang lebih baik.