Lihat ke Halaman Asli

Eri Silvanus

Human Behavior Coach

Bagaimana Membangun Karakter yang Tepat untuk Menjadikan Kesalahan sebagai Lompatan Kesuksesan

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.vappingo.com

https://www.vappingo.com

"Hampir semua masa lalu dapat diperbaiki dengan kerja keras dan iman."

Ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik.  Akan tetapi pernahkah Anda mendengar sindiran: "Bahkan keledaipun tidak akan jatuh di lubang yang sama dua kali."  Karena itu menurut saya sebenarnya pernyataan yang lebih tepat adalah pengalaman yang telah dipelajari dengan baik adalah guru yang baik. Nah sekarang jika pengalaman adalah guru terbaik untuk menuju ke kesuksesan, mengapa tidak banyak orang yang dapat memperbaiki kualitas hidupnya?  Saya tidak berkata bahwa kesuksesan seseorang diukur dari seberapa banyak harta kekayaan yang dimilikinya.  Bagi saya kesuksesan dimulai dengan kualitas diri yang terus berkembang dan kesuksesan dicapai ketika orang tersebut telah mencapai titik optimal dalam hidupnya.  hal ini berbicara lebih luas daripada kesuksesan finansial.  Hal ini setidaknya berbicara mengenai kesuksesan hidup yang sedikitnya terdiri dari tujuh aspek, yaitu:

  1. Kesuksesan Spiritual
  2. Kesuksesan keharmonisan keluarga
  3. Kesuksesan dalam relasi sosial
  4. Kesuksesan dalam pengenalan dan pengendalian diri
  5. Kesuksesan dalam pengembangan wawasan dan keahlian
  6. Kesuksesan dalam kesehatan
  7. Kesuksesan finansial

Kembali ke pertanyaan semula.  Jika pengalaman adalah guru terbaik, maka seharusnya setiap orang setidaknya dapat mencapai kesuksesan di satu bidang dalam hidupnya.  Akan tetapi masih banyak orang yang memiliki kualitas hidup yang sama dengan 5 atau bahkan 10 tahun yang lalu.  Dengan kata lain, mereka tidak berhasil menjadikan pengalaman sebagai guru terbaik mereka untuk mencapai kesuksesan hidup mereka. Penghalang memanfaatkan kesalahan untuk menuju ke kesuksesan

  • KEMALASAN Belajar mengembangkan diri dari pengalaman dan terutama kesalahan-kesalahan di masa lalu menuntut Anda untuk keluar dari zona nyaman Anda.  Kesalahan-kesalahan yang terjadi di masa lalu sering kali dipakai Tuhan untuk memberitahu kita bahwa ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dari cara berpikir, cara mempersepsi, cara berkomunikasi, dan cara kita mengambil keputusan atau berperilaku.  Dalam kebanyakan hal, kesalahan-kesalahan tersebut merupakan hasil dari kebiasaan-kebiasaan yang telah tertanam sejak lama di dalam diri kita.  Mengubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru ini menuntut Anda untuk mengalahkan dorongan kemalasan di dalam diri Anda.  Karena itu orang-orang yang tidak berhasil mengalahkan kemalasannya akan kesulitan untuk menjadikan pengalaman dan kesalahan di masa lalu sebagai guru terbaiknya.
  • KESOMBONGAN Kesombongan adalah sebuah pola sikap mental yang berkata bahwa wawasan, keahlian, dan keputusan-keputusannya adalah yang terbaik dibandingkan orang-orang atau situasi di sekitarnya.  Seseorang yang dikuasai kesombongan tidak berarti selalu tidak bersedia dikritik oleh siapapun.  Kesombongan selalu dimulai dengan sikap mental yang menganggap beberapa kelompok orang dengan kriteria tertentu tidak pantas untuk memberinya kritik dan pendapat.  Misalnya: Sorang direktur yang menganggap tidak pantas diberi masukkan mengenai kinerjanya oleh seorang petugas kebersihan atau seorang pejabat yang menganggap tidak pantas diberi masukkan mengenai sikapnya oleh seorang rakyat miskin.  Kesombongan akan menutup jendela pembelajaran di dalam diri Anda.  Karena itu orang-orang yang tidak berhasil mengontrol kesombongannya akan cenderung kesulitan memanfaatkan pengalaman dan kesalahan di masa lalu sebagai guru terbaik.
  • KEACUHAN Keacuhan adalah salah satu hasil dari rasa percaya diri yang berlebihan.  Orang yang acuh cenderung berpikir bahwa dirinya akan mampu menghadapi tantangan di masa depan tanpa harus mempersiapkan dan mengembangkan diri.  Orang yang acuh cenderung menganggap remeh tantangan dan menganggap murah kesempatan-kesempatan dan pelajaran-pelajaran berharga yang Tuhan berikan melalui pengalaman hidupnya.  Keacuhan akan membuat seseorang melewatkan kesempatan belajar yang Tuhan sediakan.
  • MOODY Moody adalah sebuah keadaan mental seseorang dimana ia dikuasai oleh emosinya.  Keadaan yang disebut moody tidak harus keadaan dimana seseorang dikuasai oleh emosi yang suram seperti sedih, kecewa, atau marah.  Keadaan moody ini juga dapat merupakan situasi dimana seseorang dikuasai emosi yang gembira seperti perasaan senang atau gembira karena baru saja mendapatkan promosi dan sebagainya.  Keadaan moody ini ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk berpikir dengan jernih dan cenderung mengambil keputusan hanya berdasarkan letupan emosi semata.  Seseorang yang cenderung moody akan cenderung hanya belajar dari pengalaman-pengalaman yang menyenangkan saja.  Ia akan cenderung enggan mengingat dan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya yang kurang menyenangkan.  Dengan demikian orang-orang seperti ini akan cenderung sulit menjadikan kesalahan-kesalahan di masa lalu menjadi guru terbaiknya.

Bagaimana memanfaatkan kesalahan untuk menuju ke kesuksesan

  • TETAPKAN FOKUS YANG BENAR Orang-orang yang mampu memanfaatkan kesalahan sebagai guru terbaik menuju ke kesuksesan tidak memfokuskan perhatiannya pada kesalahan dan kegagalan yang telah mereka perbuat.  Mereka memfokuskan perhatian mereka pada kesempatan yang tersembunyi di balik tekanan-tekanan tersebut.  Mereka akan cenderung tidak memfokuskan energi mental mereka pada mengasihani diri melainkan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan: "Apa yang dapat aku lakukan agar hal ini cenderung tidak terjadi lagi di masa depan?  Keahlian apa yang harus aku kembangkan?  Sikap mental seperti apa yang harus aku miliki?  Apa yang dapat aku pelajari dari kejadian ini untuk menjadi lebih baik?"  Karena itu kali berikutnya Anda menghadapi tantangan atau bahkan kegagalan, tetapkan fokus perhatian Anda untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas.
  • LATIH KARAKTER KERENDAHHATIAN Orang-orang yang rendah hati akan cenderung tidak menggantungkan rasa percaya diri dan keberhargaan dirinya dari respon orang lain ataupun situasi-situasi yang dialaminya.  Ia tahu bahwa Tuhan telah menciptakannya sebagai ciptaan yang paling berharga.  Ia tahu bahwa dirinya tidak sempurna akan tetapi Tuhan telah memberinya bahan dasar yang cukup untuk mengembangkan dirinya dan menjadi lebih baik.  Oleh karena itu orang-orang yang rendah hati tidak akan pernah dikuasai kekecewaan ketika mengahadapi kegagalan.  Orang-orang yang rendah hati tidak akan pernah menjadi rendah diri dan dikuasai ketidak percayaan diri ketika dikritik oleh atasan.  Orang-orang yang rendah hati juga tidak akan menjadi marah ketika mendengarkan pendapat dari orang-orang yang "lebih rendah" dan lebih kurang pengalaman dari mereka.  Jika Anda telah memiliki karakter rendah hati ini, maka tidak ada sesuatupun yang dapat melukai sikap mental Anda untuk belajar dari siapapun dan dari situasi apapun.
  • LATIH KARAKTER KEULETAN DAN KEDISIPLINAN Tidak ada seorang manusiapun yang sempurna.  Bahkan sekeras apapun seseorang berusaha untuk menjadi sempurna, ia tidak akan pernah mencapai kesempurnaan, karena hanya Tuhanlah pribadi yang sempurna.  Karena itu cara terbaik untuk menjadikan pengalaman sebagai guru terbaik bukan mengejar kesempurnaan.  Anda akan menjadi frustasi karenanya.  Cara terbaik adalah memperbaiki satu kekurangan demi satu kekurangan.  Karena itu sebenarnya bagian terbaik dari pengalaman yang dapat kita jadikan guru paling efektif sebagai lompatan kesuksesan kita bukanlah pengalaman-pengalaman keberhasilan melainkan kegagalan.  Melalui pengalaman-pengalaman gagal inilah kita dapat memperbaiki satu kesalahan demi satu kesalahan; mengkoreksi kebiasaan buruk yang kita miliki satu demi satu; dan mengantisipasi titik-titik kritis yang tersembunyi di balik karakter kita satu demi satu.  Untuk melakukan hal ini jelas dibutuhkan keuletan dan disiplin agar Anda tidak menjadi mudah menyerah dan merasa putus asa karena kegagalan-kegagalan yang Anda alami.
  • BAGIKAN PELAJARAN ITU DENGAN ORANG LAIN Disiplin membagikan pelajaran-pelajaran yang Anda dapatkan dari hidup Anda kepada orang lain, akan mempercepat proses kesuksesan Anda.  Disiplin ini akan membuat Anda terbiasa untuk memberkati orang lain, belajar dari pengalaman-pengalman orang lain, serta membentuk sebuah komunitas yang dapat saling mendorong keberhasilan masing-masing anggotanya.

Jalan yang berliku-liku akan diluruskan. Dan jalan-jalan yang berlekuk-lekuk akan dimuluskan. (Lukas 3:5 AMD)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline