Lihat ke Halaman Asli

Ereenda

Menulis suka-suka

Mencari Cara Paling Bijak Menikmati Bubur Ayam

Diperbarui: 8 Juni 2021   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Perdebatan mengenai bubur diaduk dan tidak diaduk selalu menjadi bulan-bulanan yang tak pernah habis. Memang salah satu menu favorit sarapan tersebut memiliki ruang di hati kebanyakan orang. 

Namun, tidak termasuk saya. Ya, ketika orang-orang sedang menyerukan apakah mereka penganut sekte bubur diaduk atau tidak diaduk, saya pun kebingungan. Saya bingung masuk ke dalam sekte mana karena saya sekte tidak makan bubur.

Suatu pagi, tiba-tiba terbesit niat untuk mencoba bubur ayam, setelah entah bertahun-tahun lamanya tidak mencicipi bubur ayam. Selama ini bubur ayam tidak pernah ada di menu pilihan saya karena tidak begitu menggugah selera dan selalu meninggalkan kesan eneg. Penyebab mengapa saya tiba-tiba ingin makan bubur ayam pun sebenarnya simpel, dan sedikit random. 

Saya terlalu sering membaca cerita fiksi buatan penggemar K-pop. Entah kenapa, bubur sering kali disebut hampir di setiap cerita. Karena dari membaca saja saya tergiur, tidak ada salahnya untuk mencoba, kan?

Saya bukan tipe seorang yang memiliki pola makan teratur. Semenjak pandemi, saya penganut makan pagi dan makan siang digabung, alias brunch. Namun, kali ini saya mencoba untuk sarapan dengan bubur ayam.

Pilihan saya jatuh pada warung kaki lima di seberang RS Panti Rapih Jogja. Sebenarnya ada banyak warung bubur ayam di Jogja. Karena itu yang terdekat dari posisi saya, maka saya putuskan untuk singgah di sana. 

Warung sederhana dengan tenda bernuansa kuning itu memang nampak tidak asing. Sering kali melewati warung itu, tetapi tidak pernah mampir untuk beli. Maklum, bukan penikmat bubur ayam (sekarang sih belum, mungkin besok).

Spanduk bertuliskan Bubur Ayam Jakarta terlihat jelas. 

Dokpri

Jakarta? Pikir saya. Memangnya bubur ayam berbeda di tiap tempat? Bubur ayam itu, makanan khas mana? Saya benar-benar se-clueless itu tentang bubur. Baiklah, yang penting, saya mencicipi Bubur Ayam 'Jakarta' terlebih dahulu.

Tak lama setelah duduk, hidangan saya disajikan. Tidak perlu waktu lama, cenderung cepat karena tentu kondimennya sudah disiapkan sejak lama. Jadi, hanya tinggal dimasukkan ke dalam mangkuk bulat.

Saya sedikit kaget karena isian yang hampir membludak. Taburan ayam suwir, bawang goreng, daun bawang, kacang, dan emping memenuhi mangkuk. Hmm... emping? Saya baru tahu kalau bubur ayam juga menggunakan emping. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline