Penyakit Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau penyakit asam lambung adalah kondisi ketika asam lambung naik ke kerongkongan secara teratur.
GERD dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, seperti: Sensasi perih di dada dan perut, Rasa pahit di mulut, Nyeri ulu hati, Mual, Sulit menelan.
GERD dapat terjadi karena melemahnya katup di bagian bawah kerongkongan, yang disebut lower esophageal sphincter (LES). Otot LES normalnya akan terbuka saat menelan, kemudian menutup setelah makanan turun ke lambung.
GERD dapat menjadi masalah serius jika tidak ditangani dengan baik, karena dapat memperburuk kesehatan saluran cerna hingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan akan lebih fatal yaitu kematian.
Orang yang mengidap penyakit ini biasanya mengalami refluks asam yang ringan paling tidak dua kali seminggu, serta gangguan yang parah paling tidak sekali dalam seminggu.
Gejala refluks GERD, antara lain:
- Rasa terbakar di lambung, tenggorokan, atau dada
- Sendawa atau gelembung gas
- Kesulitan menelan makanan atau cairan
- Nyeri ulu hati
Faktor-faktor risiko yang dapat berkontribusi menjadi penyebab GERD, antara lain:
- Obesitas
- Kehamilan
- Penggunaan obat tertentu seperti aspirin
- Pertambahan usia
- Merokok dan mengonsumsi alkohol serta kopi
- Makan terlalu banyak dalam sekaligus
- Kebiasaan mengonsumsi jenis makanan tertentu, misalnya, susu, makanan pedas seperti, seblak, bakso, bakso aci dll atau gorengan (makanan berminyak)
- Tidak teratur nya jadwal makan ketika sudah memasuki jam makan seseorang
Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2017, GERD merupakan instrumen yang valid dan dapat di andalkan untuk menilai pasien GERD di Indonesia.
Menurut dokter spesialis, meskipun prevalensi kematian akibat GERD sangat rendah—hanya sekitar 0,02 dari 100.000 kasus—komplikasi yang dapat muncul dari penyakit ini bisa berbahaya.
Berdasarkan review sistematik yang dilakukan pada tahun 2013, 16 studiepidemiologi menunjukkan prevalensi GERD di Amerika Utara adalah 18.1%-27.8%, 8.8%-25.9% di Eropa, 2.5%-7.8% di Asia Timur, 8.7%-33.1% di Timur Tengah, 11.6% di Australia, dan 23.0% di Amerika Selatan.