Lihat ke Halaman Asli

Apakah Acara Televisi Masih Memikirkan Penontonnya?

Diperbarui: 11 Oktober 2015   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Siapa yang tidak tahu apa itu televisi? Ya semua orang pasti tahu apa itu televisi, baik anak-anak, orang dewasa, hingga orang tua pasti menikmati acara-acara televisi. Mulai dari acara hiburan, politik, berita dsb semua disajikan bagi masyarakat. Dengan adanya teknologi yang satu ini (televisi) memberikan dampak baik yaitu masyarakat dapat mengetahui informasi-informasi baru yang terupdate yang belum mereka ketahui melalui berita yang disajikan dan melalui acara talkshow yang beredukasi, selain berdampak baik televisi juga berdampak buruk bagi masyarakat yaitu penyalagunaan penggunaan televisi yang mengakibatkan melupakan tugas utama para penikmat televisi.

Acara televisi saat ini sangat beragam dimulai dari acara komedi, sinetron, talkshow, reality show, kartun, berita dsb. Semua acara di televisi sangat diminati oleh para penonton. Namun karena banyak yang menyukai acara televisi yang sudah disajikan, terkadang pihak pertelevisian tidak menyeleksi atau memilah-milih acara mana yang harus dinikmati oleh anak-anak, mana yang harus dinikamti remaja, dan mana yang harus dinikmati orang tua. Kini program-program acara yang disajikan pun tidak dapat membedakan mana yang seharusnya menjadi ruang public dan mana yang seharusnya menjadi ruang privat, yang ada malah ruang privat artis-artis dijadikan sebagai ruang public yang harus dinikmati oleh penonton.

Kasus yang ingin penulis angkat adalah program televisi yang mengangkat atau menyiarkan program komedi. Acara hiburan memang dibutuhkan oleh para penonton, namun karena penikmat acara komedi semakin banyak dan menonton acara tersebut, sehingga mengakibatkan para pekerja televisi yang membuat acara tersebut tidak memikirkan apakah komedi seperti ini dapat diterima oleh semua kalangan atau tidak. Yang seharusnya komedi dapat dinikmati semua kalangan namun karena pembahasan dan tingkah laku para pemain yang tidak baik untuk ditiru maka menyebabkan adanya pro dan kontra dari pihak televisi dengan para penonton. Sebagai contoh acara komedi yang disiarkan Trans7 yaitu Opera Van Java. Awalnya acara ini sangat menghibur dengan lawakan-lawakan yang lucu namun semakin hari lawakan yang diberikan malah menggunakan fisik. Memang adegan yang dimainkan para pemain semakin bertambah lucu dengan menggunakan fisik (contohnya: lempar-lemparan, memukul, menjatuhkan lawan pemain) namun hal ini sangat berdampak buruk bagi masyarakat terutama anak-anak. Anak-anak menganggap lelucon dengan menggunakan fisik itu menjadi hiburan tersendiri, sehingga dengan pemikiran seperti itu mereka dapat melukai orang lain dan diterapkan di kehidupan sehari-hari. Dimana tujuan awal adanya program komedi yaitu untuk menghibur namun malah disalahgunakan dengan kekerasan secara fisik. Selain program komedi yang berdampak buruk bagi anak, program kartun yang memang seharusnya ditujukan keanak-anak pun memberikan dampak yang buruk. Contohnya adalah kartun Tom and Jerry, kartun ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Kartun ini juga banyak diminati oleh anak-anak, namun adegan yang disiarkan seakan-akan mengajarkan untuk menyakiti orang lain.

[1]Hal seperti ini yang seharusnya diperhatikan oleh para pekerja televisi, dimana mereka harus memberikan program-program hiburan yang cenderung memberikan edukasi. Karena pihak televisi juga harus memikirkan apa yang baik diterima oleh masyarakat. Dengan kasus ini penulis menghubungkan dengan teori Kultivasi yang dinyatakan oleh Marshall McLuhan, dimana teori ini menjelaskan bahwa televisi merupakan suatu kekuatan yang secara dominan dapat mempengaruhi masyarakat modern.

Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mengawasi anak-anaknya atas apa yang dilihat dari televisi. Bukannya melarang tapi membatasi anak-anak dalam mengkongsumsi program-program acara televisi.

Salam Kompasiana!

 

[1]https://rosit.wordpress.com/tag/teori-kultivasi/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline