Lihat ke Halaman Asli

erindanurmj

Mahasiswi S 1 Universitas Mulawarman

Menakar Kesejahteraan Guru di Indonesia

Diperbarui: 14 Desember 2024   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pernah dengar istilah "Pahlawan tanpa tanda jasa"? Sebutan itu memang cocok untuk para guru, tapi kok rasanya sekarang lebih pas jadi "Pahlawan tanpa tanda peduli." Kenapa? Karena kalau kita jujur, kesejahteraan guru di Indonesia masih jauh dari kata layak. Di balik gedung sekolah yang megah atau program pendidikan digital yang digadang-gadang, banyak guru, terutama yang honorer, masih hidup dalam kondisi yang bikin geleng kepala.

Gaji Guru: Realita yang Bikin Miris

Mari kita mulai dari gaji. Guru honorer di beberapa daerah masih ada yang digaji hanya ratusan ribu rupiah per bulan. Ya, kamu nggak salah baca. Padahal, mereka menghabiskan waktu yang sama dengan guru tetap, bahkan kadang lebih. Dengan pendapatan segitu, banyak yang harus mencari pekerjaan sampingan. Ada yang jadi ojek online, jualan kecil-kecilan, atau bahkan nyambi jadi petani. Ironis, kan? Padahal tugas mereka berat: mencetak generasi masa depan bangsa.

Tuntutan Tinggi, Penghargaan Rendah

Yang bikin lebih miris, tuntutan terhadap guru nggak berbanding lurus dengan penghargaan yang mereka dapat. Mulai dari harus menguasai teknologi untuk pembelajaran online, memenuhi target kurikulum, sampai urusan administrasi yang kayak nggak ada habisnya. Alih-alih fokus mengajar, banyak guru yang justru sibuk bikin laporan. Kalau mereka nggak sanggup, ujung-ujungnya malah disalahkan.

Belum lagi soal otoritas. Dulu, guru adalah figur yang sangat dihormati. Tapi sekarang? Banyak kasus guru yang justru dilaporkan ke pihak berwajib hanya karena mencoba mendisiplinkan siswa. Jadi, wajar kalau banyak yang mulai merasa profesi guru kehilangan martabatnya.

Pemerintah, Dengar Keluhan Mereka!

Oke, pemerintah sering bilang kalau pendidikan adalah prioritas. Tapi kok anggarannya nggak mencerminkan itu? Program-program besar seperti digitalisasi pendidikan sering kali lupa memperhitungkan elemen terpenting: manusianya, yaitu guru. Tanpa kesejahteraan yang memadai, bagaimana mungkin guru bisa mengajar dengan sepenuh hati?

Pemerintah perlu lebih serius. Revisi sistem penggajian harus jadi prioritas. Gaji minimum untuk guru honorer, misalnya, bisa disetarakan dengan UMR. Selain itu, beban administrasi perlu dikurangi supaya mereka bisa fokus mendidik. Jangan lupa, program pelatihan berkala juga penting untuk memastikan guru tetap up-to-date dengan perkembangan zaman.

Meskipun situasinya sulit, harapan itu tetap ada. Di beberapa daerah, sudah mulai muncul inisiatif lokal yang mendukung kesejahteraan guru, seperti insentif tambahan dari pemerintah daerah atau komunitas yang peduli dengan pendidikan. Tapi ini harusnya jadi gerakan nasional, bukan sekadar inisiatif segelintir pihak.

Guru adalah pondasi pendidikan kita. Kalau kita terus membiarkan mereka terpuruk, kita sama saja menggali lubang untuk masa depan bangsa. Jadi, yuk, mulai lebih peduli. Karena sejatinya, kesejahteraan guru adalah investasi terbaik untuk mencetak generasi unggul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline