Lihat ke Halaman Asli

erinasafitri

Mahasiswa

Review Buku Karya Neng Dara Affiah, "Kemanusiaan dan Pembaruan Masyarakat Muslim Indonesia"

Diperbarui: 24 November 2024   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: cover buku "kemanusiaan dan pembaruan masyarakat muslim indonesia"

Review Buku
Oleh: Erina Safitri (22180002) Prodi Sosiologi, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia)


Judul Buku:"Kemanusiaan Dan Pembaruan Masyarakat Musim Indonesia"
Penulis: Neng Dara Affiah
Penerbit: Yayasan Obor Indonesia, Jakarta (November 2023)

Review Buku Karya Neng Dara affiah "Kemanusiaan dan Pembaruan Masyarakat Muslim Indonesia" dengan perspektif teori Globalisasi

Buku "Kemanusiaan dan Pembaruan Masyarakat Muslim Indonesia" karya Neng Dara Affiah adalah sebuah karya yang menawarkan perspektif mendalam tentang berbagai isu sosial, spiritual, dan gender dalam konteks masyarakat Muslim Indonesia. Ditulis dalam bentuk kumpulan esai yang menggugah, buku ini memberikan refleksi intelektual yang kaya dan relevan, terutama ketika dihubungkan dengan dinamika globalisasi dan pengaruhnya terhadap nilai-nilai lokal.
Penulis menggambarkan bagaimana ide-ide besar, baik dari tradisi Islam maupun filsafat Barat, dapat diaplikasikan untuk memahami tantangan-tantangan yang dihadapi masyarakat Muslim dalam dunia yang semakin terhubung. Melalui narasi yang reflektif, Neng Dara membawa pembaca pada perjalanan pemikiran yang mencakup isu-isu fundamental seperti ilmu pengetahuan, hak asasi manusia (HAM), demokrasi, fundamentalisme agama, dan respons terhadap bencana kemanusiaan.


1.Isi dan Tema Utama


Ilmu Pengetahuan sebagai Kunci Kemajuan

Salah satu tema utama yang diangkat dalam buku ini adalah pentingnya ilmu pengetahuan sebagai pilar kemajuan manusia. Penulis mengupas pemikiran tokoh besar seperti Allamah Muhammad Iqbal, yang melalui karya-karyanya, menyampaikan visi tentang peran manusia sebagai khalifah di bumi. Dalam pandangan Iqbal, manusia tidak hanya dituntut untuk menggunakan akalnya secara maksimal, tetapi juga harus memadukannya dengan hati dan spiritualitas untuk mencapai kemajuan sejati.
Dalam buku ini, sajak-sajak Iqbal yang menggambarkan dialog antara akal dan hati dijadikan dasar untuk menunjukkan pentingnya keseimbangan antara logika dan intuisi. Penulis menyoroti bahwa Iqbal terinspirasi oleh filsafat Barat dan Islam, sehingga menciptakan perspektif yang unik dan relevan di era globalisasi. Ide Iqbal tentang perlunya manusia untuk terus bergerak maju, menciptakan, dan bekerja keras sangat sesuai dengan dinamika dunia modern yang kompetitif dan penuh tantangan.
Di sisi lain, pemikiran Jalaluddin Rumi tentang kesatuan manusia menjadi pelengkap yang sempurna dalam diskusi ini. Rumi menekankan bahwa segala bentuk perbedaan hanyalah manifestasi lahiriah dari satu tujuan universal, yaitu Tuhan. Dalam konteks globalisasi, pemikiran ini penting untuk mempromosikan toleransi dan kerja sama lintas budaya. Penulis menggunakan pendekatan Rumi untuk menekankan pentingnya keterbukaan dan pemahaman lintas agama sebagai dasar bagi masyarakat global yang damai.


Hak Asasi Manusia dan Gender dalam Tafsir Progresif
Buku ini juga memberikan kritik mendalam terhadap ketidakadilan gender, terutama yang sering kali dilegitimasi oleh interpretasi agama yang patriarkal. Dalam salah satu babnya, Neng Dara mengupas konsep teologi tulang rusuk, yang selama berabad-abad digunakan untuk merendahkan posisi perempuan dalam masyarakat. Menurut penulis, tafsir ini tidak memiliki landasan teologis yang kuat dan harus segera ditinggalkan.
Penulis mengajukan argumen berdasarkan tafsir progresif dari tokoh-tokoh seperti Muhammad Abduh dan Riffat Hassan, yang menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki diciptakan dari esensi yang sama, yaitu nafs wahidah (jiwa yang satu). Perspektif ini tidak hanya menghapus hierarki gender, tetapi juga mengembalikan nilai-nilai egalitarian dalam ajaran Islam.
Selain itu, penulis menggunakan teori kekerasan simbolik Pierre Bourdieu untuk menjelaskan bagaimana norma-norma patriarkal direproduksi secara halus dalam masyarakat. Kekerasan simbolik ini terlihat dalam pendidikan, budaya, dan institusi agama, di mana perempuan sering kali direndahkan atau dianggap lebih rendah daripada laki-laki. Penulis mengajak pembaca untuk menyadari bentuk-bentuk diskriminasi ini dan melawannya melalui pendidikan dan penyadaran.


Demokrasi sebagai Ekspresi Solidaritas Manusia
Dalam konteks demokrasi, penulis mengaitkan pemikiran Erich Fromm tentang cinta kepada sesama manusia dengan prinsip-prinsip demokrasi yang mendasari kehidupan bersama. Demokrasi, menurut Neng Dara, membutuhkan empati dan penghargaan terhadap keragaman. Pandangan ini selaras dengan pemikiran Jalaluddin Rumi yang menekankan kesatuan manusia meskipun berbeda latar belakang agama atau budaya.
Buku ini juga menyoroti pentingnya keadilan sosial dalam pembangunan masyarakat. Penulis menunjukkan bagaimana ketimpangan ekonomi sering kali menjadi hambatan terbesar bagi demokrasi, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Dalam hal ini, inklusi sosial menjadi kunci untuk mengatasi ketidakadilan yang disebabkan oleh globalisasi ekonomi.


Fundamentalisme Agama dan Tantangan Globalisasi
Salah satu kritik paling tajam dalam buku ini adalah terhadap fundamentalisme agama, yang sering kali menjadi akar konflik sosial berbasis agama di Indonesia. Penulis menunjukkan bagaimana fundamentalisme agama berkembang sebagai respons terhadap modernitas dan globalisasi, yang dianggap mengancam identitas lokal.
Melalui analisisnya, penulis menekankan pentingnya dialog antaragama dan penghormatan terhadap perbedaan. Jalaluddin Rumi, yang memandang semua agama sebagai jalan menuju Tuhan, dijadikan contoh bagaimana pemikiran inklusif dapat menjadi antidot terhadap eksklusivitas agama yang sempit. Penulis mengingatkan bahwa globalisasi, meskipun membawa tantangan, juga memberikan peluang untuk membangun harmoni antarumat beragama.


Krisis dan Solidaritas dalam Bencana Kemanusiaan
Buku ini juga mengandung narasi yang sangat humanis tentang pengalaman penulis saat menghadapi gempa bumi di Palu. Penulis menggambarkan dengan detail bagaimana bencana tersebut mengungkap kerentanan manusia di hadapan alam. Namun, bencana juga menjadi momen penting untuk memperkuat solidaritas manusia.
Dalam konteks globalisasi, solidaritas global dalam menghadapi bencana menjadi pesan yang relevan. Penulis mengingatkan bahwa bencana tidak boleh digunakan sebagai alat politik atau retorika agama untuk menyalahkan pihak tertentu. Sebaliknya, bencana adalah ujian bagi kemanusiaan, di mana kerja sama dan empati menjadi elemen utama untuk mengatasi krisis.

Kesimpulan: Menghubungkan Lokal dan Global
Buku "Kemanusiaan dan Pembaruan Masyarakat Muslim Indonesia" adalah karya yang tidak hanya menawarkan analisis mendalam tentang masyarakat Muslim Indonesia, tetapi juga memberikan wawasan yang relevan dalam konteks globalisasi. Dengan menggali pemikiran tokoh-tokoh besar, baik dari dunia Islam maupun Barat, Neng Dara Affiah berhasil menjembatani isu-isu lokal dengan wawasan global.
Pesan utama dari buku ini adalah pentingnya inklusivitas, toleransi, dan penghargaan terhadap kemanusiaan. Buku ini mengajak pembaca untuk berpikir kritis terhadap narasi-narasi tradisional yang sering kali menjadi sumber ketidakadilan, sambil menawarkan solusi berbasis nilai-nilai universal. Ini adalah buku yang penting bagi siapa saja yang peduli pada keadilan sosial, kesetaraan, dan perdamaian dalam dunia yang terus berubah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline