Lihat ke Halaman Asli

Eril Sadewa

Analis Sejarah

Penangsang: Pewaris Terakhir Kesultanan Demak

Diperbarui: 26 April 2024   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arya Penangsang merupakan salah satu pahlawan paling legendaris dalam Sejarah Jawa abad ke-16 M, menurut Babad Tanah Jawi, Penangsang merupakan salah satu murid Sunan Kudus, Babad Tanah Jawi mengisahkan bahwa ayah Arya Penangsang dibunuh oleh Sunan Prawata yang merupakan putra dari Sultan Trenggana, Penguasa Demak,   pada 1546 M, setelah wafatnya sang ayah, Sultan Trenggana, Sunan Prawata akhirnya naik tahta menjadi Sultan Demak, alkisah, Sunan Prawata telah mengutus seseorang untuk membunuh ayah Arya Penangsang seusai Shalat Jumat, ayah Arya Penangsang bernama Pangeran Sekar Sede Lepen,  yang merupakan putra dari Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak, dari istri Raden Patah yang merupakan putri Adipati Jipang, sedangkan Sultan Trenggana adalah putra Raden Patah dari istrinya yang lain, yang merupakan putra Sunan Ampel, bersama putranya, Prawata, Sultan Trenggana telah bersekongkol membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen.

Babad Tanah Jawi mengisahkan bahwa Sunan Prawata telah mengutus seseorang bernama Ki Surayata untuk membunuh  Pangeran Sekar Seda Lepen, Arya Penangsang melakukan pembunuhan terhadap Sunan Prawata dengan mengutus seorang pembunuh bernama Rangkud untuk membunuh saingan politiknya tersebut, Sunan Prawata akhirnya wafat setelah ditikan keris di bagian dada oleh Rangkud.

Kondisi politik di Jawa ketika itu juga sedang kacau, sebab Bupati Pajang yang diangkat oleh Sultan Trenggana, Jaka Tingkir, mulai memperluas kekuasaannya ke wilayah-wilayah pesisir dan mengancam posisi politik Demak,  Arya Penangsang selaku ahli waris sah Kesultanan Demak meminta idzin pada Sunan Kudus untuk menggempur kekuatan Jaka Tingkir, dikarenakan Sunan Kudus meminta Arya Penangsang untuk berusaha mendapatkan tahta Kesultanan Demak, Sunan Kudus menyarankan Penangsang untuk melakukan pembunuhan secara diam diam kepada Jaka Tingkir.  Penangsang mengirim utusan untuk membunuh Jaka Tingkir, upaya tersebut mengalami kegagalan.

Jaka Tingkir lalu mengadakan sayembara , bahwa siapa yang dapat membunuh Arya Penangsang, akan diganjar hadiah Negeri Pati dan Mataram,  dengan strategi tipuan, dan yang memenuhi sayembara tersebut adalah Ki Pamanahan, Ki Pamanahan menggunakan strategi yang tidak diduga,  yaitu mengirimkan surat tantangan duel atas nama Jaka Tingkir pada Arya Penangsang, dikarenakan  Penangsang dikenal sebagai orang yang berangasan dan cepat marah, tantangan duel itu katanya akan dilaksanakan di Sungai Bengawan, Penangsang dengan tergopoh gopoh memakai baju perang, menunggang kudanya dan membawa tombak pusakanya, Dangdang Mungsuh, beliau berangkat ke lokasi yang dimaksud, dimana disana Penangsang justru dikeroyok pasukan dari Sela, hingga akhirnya gugur secara mengenaskan di tangan Ngabehi Loring, putra Ki Pamanahan, yang menusuknya dengan Tombak Kyai Pleret.

Ki Pamanahan kemudian mendapatkan pemerintahan Negeri Mataram , yang kemudian posisinya diteruskan oleh putranya, Ngabehi Loring, yang kelak juga digelari Panembahan Senopati, Pendiri Mataram Islam..

Sumber:
Olthof, W.L: Babad Tanah Jawi Mulai Dari Nabi Adam Sampai Runtuhnya Mataram, Penerbit Narasi, 2017 M.

Nugraha Mukti, Anung Jati dan Sulistyo, Wahyu Djoko: Pergolakan Politik Kasultanan Demak Dan Ambisi Arya Penangsang Sebagai Sultan Demak Ke  4 Tahun 1546-1549, Yupa Historical Studies, Vo.3, No.2, 2020 M.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline