Nusantara di masa klasik, menyimpan banyak sekali kenangan akan kehebatan para pemimpin dari berbagai kerajaan terdahulu, nah, karena sebentar lagi kita akan memasuki pemilu 2024 M, mari kita bahas terlebih dahulu, bagaimana kriteria kehebatan seorang pemimpin di masa lalu? Seberapa kompeten seorang di masa lalu untuk menjadi pemimpin? Yuk, kita telusuri jejak kehebatan para pemimpin masa lalu di Nusantara, kita akan menganalisis, kriteria apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin di masa lalu.
Pertama, Hanya yang paling kompeten yang mampu memimpin.
Fragmen Carita Parahyangan mencatat, bahwa ketika Surawisesa menggantikan ayahnya, Sri Baduga Maharaja memimpin Kerajaan Sunda, 15 raja bawahan memberontak dan banyak peperangan yang terjadi. Catatan Portugis dari Diego De Couto mencatat bahwa Surawisesa yang dikenal dengan nama Samiam, menyerahkan wilayah kekuasaannya pada Portugis untuk membangun benteng pada 1522 M. Ini artinya, pada masa lalu, jika ada seorang pemimpin yang tidak mampu mempertahankan wilayah kekuasaannya,resikonya ya pemberontakan. Naskah Pararaton pun memberitakan, pada masa kekuasaan Raja Jayanagara yang mengangkat pejabat tak berkompeten, banyak terjadi pemberontakan di antaranya pemberontakan Ranggalawe dan Ra Kuti yang merongrong stabilitas Majapahit.
Kompetensi adalah yang paling penting bersemayam dalam diri seorang raja, seorang raja tidak bisa asal-asalan, melainkan harus memiliki kepribadian yang kuat.
Saat seorang raja memiliki kepribadian yang kuat, maka kerajaannya pun akan stabil, Carita Parahyangan mencatat, Kerajaan Sunda mencapai masa kestabilan dibawah kepemimpinan Maharaja Niskala Wastu Kancana yang dipuji penulis Carita Parahyangan sebagai pemuda yang tindakannya seperti orang dewasa, itu artinya, sangat penting kompetensi bagi seorang pemimpin di era klasik.
Kedua, menyejahterakan rakyat dalam kepemimpinannya.
Prasasti Koleangkak menjelaskan bahwasannya Raja Purnawarman memerintah Kerajaan Taruma di Jawa Barat dengan penuh kejujuran, Prasasti Tugu memberikan kita informasi bahwa Raja Purnawarman menggali Sungai Candrabagha dan juga saluran air di Sungai Gomati, menurut Catatan Tionghoa dari I Tsing, Kerajaan Tarumanegara berdiri pada abad ke-7 M.
Prasasti Batutulis mencatat Sri Baduga Maharaja saat memimpin Kerajaan Sunda, membangun banyak pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat kala itu, contohnya membuat hutan lindung dan juga Telaga Rena Mahawijaya. Dari prasasti-prasasti ini, kita mengetahui, betapa pemimpin di masa lalu sangat berorientasi kerakyatan.
Prasasti Kawali mencatat bahwa selama masa kepemimpinannya, Maharaja Niskala Wastu Kancana dikenal sebagai pemimpin yang menyejahterakan rakyatnya dan beliau memperkokoh pertahanan di Kota Kawali sebagai Ibukota Kerajaan Galuh kala itu.
Ketiga, taat pada ajaran agama.