Lihat ke Halaman Asli

Shalat Jumat Pun Harus Mengalah

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Shalat jumat-gambar diambil dari http://www.macon.com"][/caption] Waktu itu awal musim dingin. Jam sudah menunjukkan pukul 11:30 siang, dan saya bergegas pergi ke Mesjid Al-Iman, kota Iowa, untuk menunaikan ibadah shalat Jumat. Saya kayuh sepeda pinjaman itu dengan kencang karena menurut perkiraan, khutbah sudah dimulai. Dzuhur dimulai dari jam 12 lebih sedikit. Jarak dari apartemen ke mesjid tidaklah jauh, bisa ditempuh dengan 30 menit jalan kaki atau sekitar 15 menit menggunakan sepeda (tergantung kecepatan =). Kalau menggendarai mobil, bisa lebih cepat tentunya. Sambil terus mengayuh menaiki sebuah bukit kecil, dengan napas terengah-engah, saya terus memonitor jam, khawatir khutbah keburu usai. Tibalah saya di lokasi mesjid. Anehnya, suasana masih sunyi senyap. Terlihat beberapa orang sedang menyapu halaman dan membereskan sampah. "Ada apa gerangan," pikir saya. Saya pun memarkir sepeda dan menanyakan apa yang terjadi. Siapa tahu shalat jumatnya dibatalkan (hehe). Salah seorang yang sedang menyapu halaman depan kemudian menjelaskan bahwa waktu shalat jumat tidak pernah berubah sepanjang tahun. Kok bisa? Padahal jam sudah dimundurkan satu jam gara-gara Daylight saving time. Di belahan bumi ini, ada satu sistem dimana pada tanggal tertentu, jam ditambah atau dikurangi satu jam secara nasional. Katanya, alasannya untuk menghemat listrik. Tapi, wallahu 'alam, motivasi apa yang sebenarnya melandasi kebijakan 'unik' ini. Biasanya, khutbah dimulai dari pukul 12:30, tapi karena jam secara nasional dimundurkan, seharusnya khutbah dimulai pada pukul 11:30. Tapi tidak begitu realitasnya. Khutbah dimulai pukul 12:30, artinya telat sekitar 30 menit dari permulaan shalat dzuhur dan shalatnya sendiri baru dilangsungkan sekitar pukul 1:00, atau telat satu jam dari permulaan waktu shalat yang sebenarnya. Setelah melakukan 'investigasi', ternyata keputusan dewan mesjid tidak memundurkan jadwal khutbah (plus shalat) jumat dilatarbelakangi oleh profesi sebagian besar jama'ahnya, yang notabene karyawan (dan mahasiswa). Jadi, dikarenakan jadwal istirahat kerja (atau kuliah) tidak bisa digeser-geser, maka shalat jumat pun tak diubah, 'melawan' kebijakan pengubahan jam secara nasional. Karena kalau tidak, maka shalat jum'at akan sepi dari jama'ah. Inilah satu hal unik yang agak tidak mungkin akan kita temui di tanah air. Di kita, jam tetap tak berubah sepanjang tahun begitupun jadwal khutbah dan shalat jumat. Di sini, jam berubah dua kali dalam setahun (ditambah atau dikurangi satu jam), begitupun jadwal shalat lima waktu. Namun, shalat jum'at mendapat perlakukan khusus di mesjid yang satu ini. Jadwalnya tetap padahal jadwal shalat lainnya berubah. Terlepas dari benar-salahnya 'ijtihad' yang dewan mesjid Iowa ini lakukan, keputusan ini sangat tepat. Jama'ah jumat tetap konstan (ya sedikit bertambah ketika musim liburan sekolah) sepanjang tahun. Sepertinya mengakomodasi kepentingan jama'ah untuk melaksanakan ibadah lebih diprioritaskan tinimbang shalat jumat di awal waktu. Inilah, menurut saya, salah satu keindahan fikih islam yang sifatnya fleksibel sesuai dengan konteks dan perkembangan zaman. Tulisan menarik lainnya: Madura Go International STMJ: Studi Terus Mabok Jalan Jadi Pemulung di Amrik Pipis di Negerinya Obama Cari Terasi Sampai ke Washington DC Bule, kok Ngomong Sunda? Ke Amrik Bermodalkan Mimpi? Bisa Dong! Shalat aja Kok Repot!!! Sunda? Yes! Jawa/Bali? No!!! Bangkrut Gara-Gara Buku




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline