Lihat ke Halaman Asli

Resolusi literasi

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Gambar diambil dari http://www.perroverlag.com"][/caption] Sudah sejak lama aku diprovokasi oleh sahabat karibku di Iowa city sini (baca: Sudirman Hasan) yang begitu aktif mengisi rubrik di kompasiana. Ketika kita sedang mengobrol, sesekali aku melihatnya mengecek ponselnya untuk melihat seberapa banyak pembaca artikel kompasiananya atau komentar termutakhir terhadap artikelnya. Dalam beberapa artikelnya, pembacanya bisa menembus angka ribuan. Sebuah prestasi yang luar biasa yang belum bisa saya capai. Memang dia sangat aktif dan lihai dalam mengolah ide, menyajikan gagasan dan memainkan kata. Padahal, bidang keilmuan dia tidak ada kaitan sama sekali dengan dunia bahasa. Beda dengan aku. Aku mengklaim diri sebagai linguis, ahli bahasa, tapi tak seproduktif dia dalam menulis. Mungkin nanti. Malam tahun baru kemarin aku ditanya istri mengenai resolusiku untuk tahun 2011 ini dan saya sempat terdiam beberapa saat, karena secara jujur belum pernah memikirkan resolusi apapun. Akhirnya terbersitlah sebuah resolusi (atau sebutlah tekad) untuk membiasakan diri menulis setiap hari. Targetku di akhir tahun ini, akan muncul 365 tulisan dalam bentuk apapun (blog, artikel, makalah, laporan penelitian, dsb.nya). Targetnya, seperti biasa, sangat muluk-muluk. Dan, dalam beberapa hari saja, sudah dilanggar. Hari pertama dan kedua tahun ini aku tidak menghasilkan tulisan apapun. Seubreg dalihnya, tapi dalih ya tetap dalih. Tidak akan mengubah apapun. Inilah mungkin permulaan dari resolusi itu. Aku sadar betul bahwa segala sesuatu harus dimulai dan lebih penting lagi dipertahankan. Memulainya saja sudah sulit apalagi mempertahankannya. Aku sadari proses untuk memulai sesuatu biasanya bisa dengan mudah aku lakukan tapi mempertahankannya itu yang terasa begitu sulit. Padahal dalam terma agama, sebaik-baiknya urusan adalah urusan yang secara konsisten atau istiqamah dilakukan. Tentunya yang positif. Tapi tak apalah. Paling tidak aku sedang (atau sudah) memulainya. Kita lihat saja seberapa konsistennya aku dalam merealisasikan resolusi literasiku ini. Harapanku, sekalipun 'impian' menulis setiap hari bisa jadi sangat sulit (atau kayanya mustahil) terpenuhi, target 365 tulisan masih bisa dikejar. Saya perhatikan ada beberapa kompasioner yang bisa melakukan ini. Rektor UIN Malang pun di tengah kesibukan sebagai profesor dan rektor bisa menulis tiap hari. Mengapa saya tidak? Masalah isi atau kualitas tulisan, itu urusan nanti. Karena segala sesuatu harus bertahap. Mudah-mudahan suatu saat nanti aku bisa mengikuti jejak temanku ini yang bulan kemarin baru saja menjadi pemenang tulisan artikel kompasiana terbaik ikhwal perbankan syariah. Katanya mulai bulan depan dia sudah bisa menenteng blackberry barunya untuk mengecek dan meng-update kompasiana atau facebooknya. Semoga amanat dari Prof. Chaedar Alwasilah, seorang akademisi UPI Bandung yang begitu getol menulis, yakni "nyerat atawa sakarat" (publish or perish) bisa saya emban (secara bertahap tentunya). Baca juga: Pipis di Negerinya Obama I am a villager (read: wong ndeso) Where are You, Indonesian Linguists? Ke Amrik Bermodalkan Mimpi? Bisa Dong!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline