Ada keluarga pasien yang mungkin karena sudah frustasi mengurus pasien cuci darah yang sudah komplikasi paru, jantung, lalu memikirkan, alangkah baiknya jika pasien di-transplantasi. Pasti sesudah transplantasi, urusan jadi beres.
Apakah benar demikian?
Pasien gagal ginjal itu mutlak memerlukan Terapi Pengganti Ginjal (TPG) seperti Cuci Darah (Hemodialisis), Cuci Perut (CAPD) atau Transplantasi. Ketiga metode tersebut cara pengurusannya relatif sama. Sama2 repotnya. Hanya saja bagi pasien, CAPD lebih tidak sering ke RS daripada Cuci Darah.
Begitu pula dengan Transplantasi, pasien bisa lebih produktif. Namun dibalik keuntungan masing-masing TPG tersebut ada kelemahannya. Jadi sebenarnya jika pasien / keluarga belum mampu menangani "kerepotan" menjalani HD/CAPD, pikir-pikir lagi deh untuk menggunakan cara Transplantasi.
Sesudah transplantasi bukan segalanya jadi beres. Pasien masih harus berhadapan dengan minum obat penekan kekebalan tubuh seumur ginjal transplantasi tersebut. Ini diminum setiap hari dan tidak boleh putus. Konsekuensinya, pasien harus berusaha untuk tidak kena infeksi.
Makan / minum harus dijaga kebersihannya. Menjauhkan diri dari lingkungan yang kebetulan ada orang sakit seperti Flu, TBC, Cacar, dll. Yang bagi orang umum tidak apa2, tetapi bagi pasien transplantasi, akan mudah tertular.
Apa yang terjadi jika tertular infeksi? Sukar sembuhnya, bisa berulang hingga ginjal transplantasinya berhenti bekerja, alias reject. Kalau sudah demikian, terpaksa cuci darah kembali.
Itu tadi aktifitas sesudah transplantasi. Ada juga yang harus diperhatikan yaitu persiapan sebelum operasi. Usahakan kondisi pasien se-fit mungkin. Tidak ada masalah dengan jantung, paru, liver dan lambung.
Karena operasi transplantasi sama seperti operasi lainnya, membutuhkan daya tahan tubuh. Begitu pula konsumsi obat-obatan sesudah operasi sangat membutuhkan lambung dan liver yang sehat.
Jadi rencanakan program transplantasinya bahkan sebelum cuci darah.
Semoga informasi ini bermanfaat.