Lihat ke Halaman Asli

Erik Tapan

Social Media Health Consultant

Mungkinkah Saturasi O2 Bisa Jadi Prediksi Kegawatan Suspect Infeksi COVID-19?

Diperbarui: 27 Maret 2020   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alat Pengukur Saturasi Oksigen - sederhana

Kita lagi berbicara pada saat kritis yang tentunya jauh dari keadaan ideal. Idealnya pasien dengan gejala demam, pilek dan batuk harus segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat dan setelah dilakukan test mengarah ke suspek infeksi Corvid-19, harus cepat-cepat dirujuk ke RS pusat rujukan Corvid-19 untuk penanganan selanjutnya. Itu berbicara ideal.

Namun dari berbagai media bisa dibaca ada beberapa kasus yang terlewat sehingga sudah gawat baru diterima oleh pusat rujukan. Malah pasien pernah datang sebelumnya ke RS Pusat Rujukan dan diminta pulang karena dianggap pneumonia biasa.

Mengingat hal-hal di atas, mungkinkah Kadar Saturasi Oksigen yang alat ukurnya bisa dengan mudah digunakan bahkan di rumah sekalipun, bisa jadi prediksi pasien suspek infeksi Corvid-19?

Latar belakang pemikirannya adalah salah satu tanda khas yang membedakan infeksi karena Covid-19 dan virus/bakteri lainnya (termasuk flu, pneumonia bakteri)  adalah pneumonia (radang paru) yang cepat memburuk keadaannya. Hal ini bisa diagnosa dengan foto rontgen serial paru. Sayangnya cara ini hanya bisa dilakukan jika pasien dirawat inap.

Alat pengukur Saturasi O2 yang mudah diperoleh di apotik (mudah-mudahan tidak diserbu, setelah membaca artikel ini) bisa mengukur kadar saturasi O2 hanya dengan menjepit salah satu jari. Dan ini tidak sakit dan tidak perlu mengeluarkan darah. 

Dari pengukurun tersebut (yang bahkan bisa dilakukan setiap saat) kita bisa menilai apakah terjadi penurunan Saturasi 02 secara cepat (per hari) atau tidak. Logikanya jika bukan karena infeksi Corvid-19, kalau sudah diberi terapi oleh Dokter, pasti Saturasi O2nya akan meningkat membaik.

Sayangnya metode pengukuran alat ini hanya berlaku pada pasien yang kondisi sebelumnya sehat. Jika pasien anemia, perokok atau ada gangguan paru lainnya (asma, PPOK, dll.) ataupun sakit jantung kemungkinan tidak bisa menggunakan alat ini.

Bagaimana pendapat Anda?

Berikut tanggapan para pembaca: https://www.kompasiana.com/eriktapan/5e7dafe6097f3601f919e3a2/tanggapan-pulse-oxymetri-sebagai-prediktor-kegawatan-corvid-19

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline