Lihat ke Halaman Asli

Blackberry 220909

Diperbarui: 24 April 2018   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Duh, blackberry lagi....blackberry (BB) lagi. Hhhhh, selalu saja ada yang menanyakan nomor pin BB kepadaku. Teman-temanku bertanya dengan penuh keyakinan bahwa aku pasti punya. Setiap mereka bertanya, ingatanku langsung melayang pada sebuah BB berwarna hitam, dibungkus aksesoris berwarna ungu (warna kesukaanku..) dan kisahnya... (nah, ini dia yang bikin aku selalu berduka bila mengingatnya).

Suamiku bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, lebih tepatnya Kepala Seksi Obat dan Napza, Apoteker Rumah Sakit Anugerah Medika, Bandar Lampung, Dosen di D3 Farmasi, Poltekes Tanjung Karang dan salah satu pendiri SMK Farmasi Cendikia Farma Husada. Suamiku juga aktif di Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus Daerah (IAI PD) Provinsi Lampung. Di IAI PD Lampung diamanahi sebagai Sekretaris Umum (Sekum), tapi karena berbagai pertimbangan beliau mengundurkan diri. Nah, karena saat itu beliau Sekum IAI PD Provinsi Lampung, pada Bulan Desember 2009 beliau dengan beberapa rekannya ; Pak Wahyu Hartono (Ketua IAI PD Lampung), Ardiansyah Kahuripan, Pak Afriadi dan Mbak Yulyuswarni menghadiri Kongres IAI se-Indonesia di Hotel Bidakara Jakarta.

Dari sinilah kisah BB ini dimulai.Aku dan suami sama-sama anak pertama. Bahkan suamiku adalah penyimbang adat (di adat Lampung seorang penyimbang adat bertanggung jawab penuh terhadap keluarga besar garis keturunan ayah dari pihak suami dalam segala hal). Karena posisi kami tersebut, aku dan suami harus mengurus adik-adik kami dan keluarga besar garis keturunan ayah dari suamiku. Apalagi sejak Memehku (panggilanku untuk Ibu) wafat pada 7 Mei 2007 dan Abahku (panggilanku untuk Ayah) stroke. Otomatis segala tanggung jawab Abah dan Memeh beralih kepada kami berdua.

Jadilah kami rumah tangga yang baru berbilang bulan, dengan urusan yang berbilang puluhan tahun. Pun untuk kebaikan bersama, kami sedikit-sedikit membantu Bapak dan Mak (orang tua suami) mengurus adik-adik suami. Saat itu (kami masih mengontrak), kami pun banyak ditumpangi sepupu-sepupu baik laki-laki ataupun perempuan yang sekolah dan kuliah (juga keponakan). Jadilah penuh pelangi kisah kami. Banyak suka dan duka. Yang pasti kami bersyukur atas kesempatan dan tempaan yang ALLAH berikan. Alhamdulillah, adik-adik kami sudah menjadi sarjana, bekerja dan ada yang sudah menikah. Bahkan punya anak... :). Juga sepupu-sepupu dan keponakan kami juga telah berhasil menyelesaikan studi dan bekerja.

Kulanjutin kisah handphone (hp)ku ya... Sejak kuliah, aku sudah punya hp walaupun hp murahan. Nah,aku termasuk orang yang tidak peduli pada merk dan lain-lainnya sebuah hp (ditambah mengingat banyak tanggungan...). Yang penting, bisa teleponan dan sms. Setelah menikah, hpku masih murahan :). Saat hpku rusak (sudah tidak bisa dipakai lagi), aku dapat lungsuran hp dari suamiku (hp merk Sony Ericcson, tidak tahu typenya.. Suamiku ganti hp dengan membeli hp nokia bekas waktu dinas luar ke Bandung). Saat itu aku sudah senang sekali karena masih bisa teleponan dan sms. (sederhana ya...:)).

Karena hp lungsuran suamiku itu juga udah lama, ya..tidak berapa lama hpnya error juga.. Akhirnya karena kasih sayang dan kasihan, pamanku yang seorang petani singkong memberiku hp. Lucu memang,kalau dikenang. Aku yang bekerja sebagai PNS di BPS Provinsi Lampung dan suamiku dengan seabreg pekerjaan (tentunya berbanding lurus dengan jumlah penghasilan..), punya hp pemberian seorang petani... :). Belum lagi hp itu pun lungsuran pamanku hahaaa.... Tapi what everlah, lagi-lagi yang penting bisa teleponan dan smsan... (hidup telepon dan sms ! Hehehe..). Hp lungsuran pamanku itu adalah hp nokia jadul dan penampilannya sudah miris (Maaf ya Menak...).

Melihat keadaanku, suamiku tidak tega. Beliau bertanya, "Ri (panggilan kesayangan beliau..) :), kamu nggak malu pake hp begitu...?" Dengan santai kujawab, "Sejujurnya, malu juga Bung (panggilanku untuknya ; panggilan khas Lampung kepada suami). Apalagi kalau rapat, Ri sembunyiin itu hp. Abisnya temen-temen kantor hpnya bagus-bagus." "Gimana kalo hp Bung, Ri aja yang pake?" kata suamiku."Justru itu yang anehlah Bung, Bung lebih butuh hp itu daripada Ri. Udah ah, nggak usah Bung pikirin," kataku. "Gimana kalo kamu beli hp aja ?" tanya suamiku sembari berharap banget aku mengiyakan. "Nggak ah, belum perlu. Kita masih banyak urusan. Kalau Ri mau beli, nanti aja sekalian beli BB," kataku bercanda. Saat itu BB masih barang baru (nggak mungkin banget deh saat itu bisa kebeli..). Tapi sejujurnya saat itu aku pengen banget punya BB. Pembicaraan kami tentang hp terhenti disitu.

Pada Bulan Desember 2009, suamiku berpamitan untuk mengikuti Kongres IAI se-Indonesia ke Jakarta. Pada malam harinya, suamiku menelepon. "Ri, disini banyak doorprizenya. Do'ain Bung dapat ya...," pintanya.  "Iya,ntar Ri do'ain Bung dapat mobil," jawabku sekenanya. Hari-hari berlalu. Malam itu aku sedang buka hpku. Eh, ada tawaran kuis. Tumben-tumbennya aku yang nggak pernah tertarik ikut kuis, malam itu aku ikutan (lagi iseng !). Pas sampai pada pertanyaan hadiah apa yang dikehendaki, aku bingung karena pilihannya bagus-bagus. Akhirnya pilihannku jatuh pada keinginanku yang terpendam ; BB.

Pada malam yang sama suamiku menelepon, "Ri, malam ini pengundian doorprize. Do'ain Bung dapat ya," harapnya. "Iya Bung, insha ALLAH Ri do'ain Bung dapat mobil," jawabku.  Lanjut suamiku, "Bung sekarang lagi keliling stand-stand nih, Ri. Disini ada dua jenis kupon. Yang 1 jenis, setiap peserta kongres otomatis dikasih. Nah, kalo mau dapat kupon lagi, syaratnya harus keliling ke minimal 20 stand. Jadi sekarang Bung lagi keliling stand, biar dapat 1 kupon lagi. Harapannya sih peluang Bung dapat doorprize semakin besar," cerita suamiku dengan semangat. Kau tahu sahabat, bagaimana perasaanku mendengar ceritanya ? Ya benar, SANGAT TERHARU. Ya ALLAH, suamiku...sampai demikian perjuangannya hanya untuk mendapatkan doorprize. Mendengar ceritanya yang menggebu-gebu, aku pun menyemangatinya. "Iya Bung, Ri doa'in, semangat ya Bung!"

Malam itu, menjelang tidur, aku membayangkan suamiku yang sedang menunggu dapat doorprize. Semoga dapat do'aku, aamiin...Keesokan harinya, menjelang maghrib, ada suara salam dan pintu rumah diketuk. Aku pun membukakan pintu. Alhamdulillah, suamiku sudah pulang. Kubantu suamiku membawa barang bawaannya ke dalam rumah. Dengan tidak sabar dan penuh semangat, suamiku berkata, "Ri, Bung ada surprise untuk kamu." "Apa Bung?" tanyaku. "Coba kamu tebak, warnanya item," suamiku membuatku penasaran. Kata Mak (kebetulan lagi ada dirumah kami), "Paling-paling tas." "Hmmm....apa ya Kak oleh-oleh untuk Mbak Erikanya ?" Kata Andra, teman kantorku yang lagi main kerumah. "Buku," tebakku. Kenapa aku menebak buku sahabat? Karena suamiku itu tidak suka pergi belanja, kecuali ke toko buku untuk membeli buku tentunya. Dan memang biasanya kalau dari bepergian jauh, oleh-olehnya selain makanan ya buku."Salah!" seru suamiku. "Warnanya item, sangat kamu inginkan," masih saja suamiku membuatku penasaran. "Nyerah deh. Apa sih, Bung?" kataku yang memang sukses dibuatnya penasaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline