Ditengah ramainya kemunculan jajanan kekinian dan demam jajanan Korea, seringkali kita melupakan hadirnya para pelaku bisnis yang masih mempertahankan eksistensi jajanan tradisional. Bu Anik (53) merupakan salah seorang penjual jajanan tradisional berupa gorengan dengan berbagai macam varian. Diketahui bahwa beliau hanya berjualan di dapur kecil dengan 2 kompor gas seadanya, namun dalam sehari beliau dapat menggoreng hingga 200 gorengan.
Ada berbagai jenis varian gorengan, mulai dari Ote-ote, tahu isi, tape goreng, pisang goreng, onde-onde, ubi goreng, dan yang paling unik adalah jemblem, makanan olahan dari singkong dengan isian gula merah di dalamnya. "Buka dari jam 6 pagi, biasanya sampai jam 11 siang paling mentok, orang-orang datang ke dapur langsung soalnya." ujar Bu Anik. Ibu 4 anak tersebut telah berjualan semenjak tahun 2019, dengan hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut, dapur kecilnya berhasil kebanjiran orderan.
Namun ditengah polemik kenaikan harga bahan pangan, membuat pelaku usaha seperti Bu Anik harus memikirkan strategi agar tetap mendapatkan keuntungan dan mendapat lebih banyak pelanggan. Salah satu trik yang digunakan adalah beliau sedikit memperkecil ukuran gorengan yang ia jual, "kalau harganya dinaikkan, takut pelanggannya nanti hilang, disini harga gorengan masih 1000an rata-rata, tinggal kita sebagai penjual yang harus pinter-pinter ngatasinnya." ungkapnya. Pembeli yang datang pun tidak hanya berasal dari desa yang ia tinggali, melainkan juga dari desa lain yang memang sudah ketagihan oleh gorengan yang dijual oleh Bu Anik.
Di musim hujan seperti ini, gorengan yang ia jual biasanya habis lebih cepat karena daya beli masyarakat yang cenderung meningkat saat hawa dingin. Salah satu daya tarik dari gorengan Bu Anik adalah bahwa dengan harga 1000 rupiah, gorengan yang ia jual memiliki ukuran lebih besar dari pada gorengan lain yang dijual di daerahnya. "Saya sudah langganan disini dari awal buka, gorengannya murah, ukurannya gendut-gendut, dan yang jualan gak pelit." Ujar Bu Sri salah satu pelanggan setia gorengan Bu Anik. Dari awal buka, Bu Anik sebenarnya tidak mempunyai banyak modal sehingga dirinya tidak dapat menyewa tempat khusus untuk berjualan. Namun dari promosi mulut ke mulut tersebutlah yang pada akhirnya mendatangkan pelanggan tanpa ia harus repot menyewa tempat, pembeli bisa langsung datang ke dapur dan melihat proses pembuatannya.
Sidoarjo, 1 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H