Lihat ke Halaman Asli

Ririe aiko

Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Orang Luar Kota Liburan ke Bandung, Orang Bandung Liburan Di Kasur

Diperbarui: 27 Desember 2024   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : galeri pribadi

Musim liburan sekolah sudah tiba, dan seperti biasa, Bandung kembali menjadi magnet wisatawan. Jalanan di kawasan favorit seperti Cihampelas Walk (Ciwalk), Braga, Paris Van Java (PVJ), hingga Lembang berubah jadi arena kemacetan yang nggak main-main. Kalau biasanya perjalanan bisa ditempuh 10 menit, di masa liburan ini bisa molor jadi sejam. Bandung, si kota yang katanya penuh dengan "romantisasi" dalam lagu dan cerita, kini sibuk dengan hiruk pikuk pengunjung dari luar kota. Tapi lucunya, di tengah hebohnya wisatawan menjelajahi kota kembang, warga Bandung sendiri malah memilih rebahan di kasur sambil nontonin kemacetan Bandung di Berita.

Warga Bandung: Jadi Tuan Rumah yang Terperangkap

Sebagai orang Bandung, harus saya akui, musim liburan ini bikin kami jadi lebih "tuan rumah" daripada "turis" di kota sendiri. Ke mana-mana penuh sesak. Baru kepikiran buat melipir beli sate di angkringan favorit di Braga, langsung disambut macet mengular dan lautan manusia yang sibuk selfie di depan mural atau antre panjang beli oleh-oleh hits. Apalagi, Braga sekarang nggak cuma jadi tempat nongkrong santai, tapi sudah berubah jadi spot wajib bagi wisatawan yang datang ke Bandung.

Kondisinya bikin dilema. Mau ikutan menikmati kota? Wah, siap-siap waktu habis di jalan. Mau coba sabar? Kayaknya nggak bakal bertahan lama. Jadinya, banyak warga Bandung lebih pilih diem di rumah, nyalain Netflix, dan menunggu waktu liburan berlalu.

Turis: Wisata Maksimal Tanpa Peduli Macet

Lain cerita dengan wisatawan. Mereka datang ke Bandung dengan misi: liburan harus maksimal! Mau jalanan macet atau antre panjang, pokoknya tempat-tempat ikonik seperti Lembang, Dusun Bambu, The Great Asia Africa, atau Farmhouse harus dikunjungi. Beli oleh-oleh kekinian, meski harganya nggak ramah di kantong, tetap jadi prioritas. Sebut saja brownies kukus, bolu pisang, atau kue-kue dari toko artis yang fotonya sering lewat di feed Instagram. Bagi turis, Bandung adalah surga wisata, jadi wajar kalau mereka mengorbankan kenyamanan demi pengalaman liburan yang seru.

Beda dengan orang Bandung yang jarang kepikiran beli oleh-oleh "khas" kota sendiri, wisatawan melihat ini sebagai simbol bahwa mereka pernah menginjakkan kaki di sini. Padahal, kalau ditanya orang lokal, kami lebih suka makanan sederhana di pinggir jalan seperti batagor, siomay, atau seblak yang jelas lebih terjangkau dan, jujur saja, lebih memuaskan lidah.

Liburan Gaya Warga Bandung: Rebahan Is the New Adventure

Nah, ini fenomena menarik. Ketika turis berbondong-bondong memadati Bandung, warga lokal justru menarik diri dari keramaian. Liburan bagi kami lebih sering diisi dengan rebahan di rumah, ngemil makanan favorit yang bisa dipesan lewat aplikasi, atau binge-watching serial di Netflix. Rasanya, lebih baik menghindari kemacetan dan biarkan wisatawan menikmati kota kami.

Tapi, bukan berarti warga Bandung nggak suka liburan. Kami juga punya cara sendiri untuk menikmati waktu luang. Biasanya, kalau lagi nggak musim liburan atau long weekend, kami baru akan menjelajah tempat-tempat yang sekarang penuh sesak oleh wisatawan. Waktunya lebih fleksibel, nggak perlu buru-buru, dan tentunya jalanan lebih manusiawi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline