Lihat ke Halaman Asli

Ririe aiko

Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Ada atau Tidaknya UN, Motivasi Belajar Harus Dibenahi

Diperbarui: 27 November 2024   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : bingimage.com AI


Wacana tentang kembalinya Ujian Nasional (UN) menjadi topik hangat dalam dunia pendidikan di Indonesia. Setelah beberapa tahun ditiadakan, banyak pihak yang mempertanyakan efektivitas keputusan tersebut, terutama karena banyak siswa yang menunjukkan penurunan motivasi belajar. 

Namun, jika kita berpikir lebih jauh, apakah mengembalikan UN benar-benar menjadi solusi untuk meningkatkan semangat belajar siswa? Atau, justru ada persoalan yang lebih mendasar yang harus kita perbaiki terlebih dahulu?

Motivasi Belajar Siswa Indonesia: Masalah yang Belum Terselesaikan

Data menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa Indonesia memang tergolong rendah. Menurut hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2018, Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 79 negara dalam hal kemampuan membaca, matematika, dan sains. 

Selain itu, laporan dari World Economic Forum (2021) juga menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia masih berada jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.  

Rendahnya motivasi belajar ini tidak hanya disebabkan oleh dihapuskannya UN, tetapi lebih kepada akar masalah yang kompleks, seperti:  
1. Kesenjangan Ekonomi dan Kemiskinan
   Kemiskinan masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Banyak keluarga yang lebih memprioritaskan mencari penghasilan dibandingkan pendidikan anak-anak mereka. Hal ini membuat anak-anak lebih terdorong untuk membantu mencari nafkah daripada fokus belajar.  

2. Ketidakmerataan Fasilitas Pendidikan
   Sekolah-sekolah di daerah terpencil seringkali kekurangan fasilitas belajar, guru berkualitas, dan akses teknologi. Tanpa sarana yang memadai, semangat belajar siswa menjadi sulit tumbuh.  

3. Minimnya Penghargaan terhadap Prestasi Akademik
   Budaya meritokrasi yang lemah menjadi salah satu penghambat berkembangnya semangat belajar. Banyak orang berprestasi di Indonesia merasa tidak dihargai karena "orang dalam" atau koneksi sering lebih diutamakan dalam dunia kerja. Hal ini menciptakan pandangan bahwa pendidikan tinggi tidak selalu menjamin kesuksesan.  

4. Kurikulum yang Kurang Relevan dan Menarik
   Sistem pendidikan yang cenderung terlalu menekankan hafalan dan ujian menyebabkan siswa kehilangan rasa ingin tahu dan minat untuk belajar secara mendalam.  

Belajar dari Singapura: Semangat Belajar Tinggi adalah Kunci Keberhasilan SDM

Sebagai negara tetangga yang sukses mencetak SDM unggul, Singapura memberikan contoh nyata bagaimana semangat belajar yang tinggi dapat menjadi fondasi pembangunan bangsa. Beberapa faktor yang mendukung keberhasilan Singapura adalah:  
1. Pendidikan sebagai Prioritas Utama
   Singapura mengalokasikan dana yang besar untuk pendidikan, memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan fasilitas terbaik.  

2. Budaya Meritokrasi yang Kuat  
   Singapura menanamkan penghargaan terhadap prestasi akademik dan profesional. Sistem ini memberikan dorongan kepada masyarakat untuk terus berprestasi, karena mereka tahu hasil kerja keras akan dihargai secara adil.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline