Lihat ke Halaman Asli

Ririe aiko

Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Butuh Panggung dan Dermawan Pecinta Literasi Seperti Denny JA

Diperbarui: 21 November 2024   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : antaranews.com

"Dana abadi untuk Festival Puisi Esai bukan hanya soal menjaga tradisi, tetapi juga memastikan bahwa kisah-kisah tentang keadilan, keberanian, dan kemanusiaan terus hidup di masa depan," ujar Denny JA


Sebagai seorang penulis pemula dengan nama yang masih kecil di dunia literasi, saya menyadari bahwa menulis adalah perjalanan panjang yang penuh tantangan. Menulis bukan hanya sekadar menuangkan isi pikiran, membela hak asasi, atau menyuarakan ketidakadilan. Lebih dari itu, menulis adalah upaya menciptakan ruang dialog yang bisa menginspirasi perubahan dan menggugah hati banyak orang. Namun, semua itu membutuhkan satu hal yang sering kali sulit didapat: panggung.  

Panggung bagi seorang penulis adalah ruang di mana suaranya bisa didengar, apresiasinya bisa dirasakan, dan karyanya bisa meninggalkan jejak. Namun, panggung itu tidak bisa berdiri sendiri. Ia membutuhkan tangan-tangan dermawan yang menyadari bahwa seni dan kebudayaan adalah warisan abadi yang harus terus dirawat. Dalam konteks ini, sosok seperti Denny JA menjadi inspirasi nyata, terutama bagi para penulis pemula yang sedang mencari tempat di dunia literasi.  

Pentingnya Panggung bagi Penulis  

Seorang penulis tidak bisa bekerja di ruang hampa. Karya yang dihasilkan membutuhkan pembaca, audiens yang mampu memahami, merespons, dan bahkan memberikan kritik yang membangun. Namun, tanpa panggung, karya-karya itu hanya akan menjadi tumpukan naskah yang terlupakan. Panggung adalah jembatan antara penulis dan pembaca, tempat di mana ide-ide bertemu dan berdialog.  Lebih jauh lagi, panggung tidak hanya sekadar ruang fisik atau digital. Ia adalah bentuk validasi terhadap keberadaan penulis. Ketika seorang penulis merasa karyanya dihargai, ia mendapatkan dorongan moral untuk terus berkarya. Validasi ini penting, terutama bagi penulis pemula yang sering kali merasa ragu terhadap kualitas tulisannya. Dengan panggung yang tepat, seorang penulis bisa menemukan identitasnya, mengembangkan potensinya, dan bahkan menginspirasi orang lain.  

Sosok Denny JA: Inspirasi bagi Literasi  

Denny JA adalah salah satu tokoh yang memahami betul pentingnya panggung bagi penulis. Sebagai seorang filsuf, budayawan, dan pegiat literasi, ia telah menciptakan ekosistem yang mendukung keberlanjutan seni dan sastra melalui Denny JA Foundation. Salah satu inisiatif yang paling mencolok adalah 'Dana Abadi' untuk Festival Puisi Esai, yang rutin diadakan setiap akhir tahun.  Festival ini bukan sekadar acara tahunan, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa seni dan sastra masih memiliki tempat di tengah masyarakat modern. Denny JA memahami bahwa seni adalah cerminan kemanusiaan, dan ia berkomitmen untuk memastikan bahwa kisah-kisah tentang keadilan, keberanian, dan kemanusiaan terus hidup. Dalam sebuah pernyataan, ia pernah berkata, "Dana abadi untuk Festival Puisi Esai bukan hanya soal menjaga tradisi, tetapi juga memastikan bahwa kisah-kisah tentang keadilan, keberanian, dan kemanusiaan terus hidup di masa depan."

Membuka Ruang bagi Penulis Pemula  

Bagi penulis pemula, Festival Puisi Esai adalah salah satu contoh panggung yang memberikan harapan. Melalui festival ini, para penulis memiliki kesempatan untuk bersuara, berbagi cerita, dan saling memperkuat tali silaturahmi. Lebih dari itu, festival ini juga menjadi ajang untuk belajar, bertumbuh, dan memahami dinamika dunia literasi yang sering kali penuh kompetisi.  

Dukungan yang diberikan oleh Denny JA Foundation tidak hanya bersifat material tetapi juga moral. Dengan adanya inisiatif seperti ini, para penulis pemula merasa keberadaannya divalidasi. Mereka tidak lagi merasa sendirian dalam perjuangan mencintai dan melestarikan literasi. Sebaliknya, mereka menemukan komunitas yang mendukung mereka untuk terus berkarya.  

Membangun Ekosistem Literasi yang Berkelanjutan  

Apa yang dilakukan Denny JA adalah teladan bagaimana seni dan sastra bisa terus hidup di tengah arus modernisasi. 'Dana Abadi' yang ia hibahkan adalah simbol komitmen jangka panjang untuk literasi. Dengan adanya dana ini, kegiatan seni dan sastra tidak hanya bergantung pada tren sesaat atau ketersediaan sponsor. Sebaliknya, mereka memiliki fondasi yang kokoh untuk terus tumbuh dan berkembang.  Hal ini penting karena seni dan sastra adalah harta abadi umat manusia. Melalui seni, kita bisa memahami sejarah, budaya, dan nilai-nilai yang membentuk peradaban. Melalui sastra, kita bisa menemukan makna, merenungkan kehidupan, dan bahkan memperjuangkan keadilan.  

Sebagai penulis pemula, saya merasa terinspirasi oleh apa yang dilakukan Denny JA. Ia adalah bukti bahwa literasi masih memiliki harapan di tengah dunia yang sering kali abai terhadap seni dan budaya. Lebih dari itu, ia mengajarkan bahwa panggung bagi penulis tidak hanya tentang pengakuan tetapi juga tentang tanggung jawab untuk menjaga nilai-nilai kemanusiaan.  Denny JA telah membuka jalan, tetapi perjalanan ini masih panjang. Kita membutuhkan lebih banyak dermawan dan pecinta literasi yang mau berdiri di barisan yang sama, memastikan bahwa seni dan sastra terus hidup. Karena pada akhirnya, seni dan sastra bukan hanya tentang penulis atau pembaca tetapi tentang kita semua sebagai bagian dari peradaban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline