Lihat ke Halaman Asli

Ririe aiko

Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Sebuah Rasa yang Menyimpan Kenangan

Diperbarui: 21 Oktober 2024   19:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu, saat Jakarta masih terlelap, aku sudah bersiap-siap menuju salah satu destinasi favorit para pecinta kuliner tradisional, pasar subuh Senin. Ini adalah tempat yang dikenal sebagai surga kue basah, di mana berbagai jajanan khas Indonesia berkumpul dengan cita rasa otentik dan harga yang sangat bersahabat. Udara masih sejuk, dan aroma manis dari jajanan basah sudah mulai tercium dari jauh.

Setibanya di pasar, aku langsung disambut oleh pemandangan yang menggiurkan. Berbagai tumpukan kue basah beraneka warna dan bentuk memadati lapak-lapak para pedagang. Ada kue lapis legit yang bersusun rapi dengan warna-warni menarik, lemper yang harum dengan isian ayam, hingga dadar gulung hijau yang menggoda. Langkah ku sempat terhenti sejenak, bingung menentukan pilihan karena semuanya terlihat begitu menggugah selera.

Di satu sudut, mataku tertuju pada tumpukan Bika Ambon yang terlihat legit dengan tekstur sarangnya yang khas. Tak butuh waktu lama untuk memutuskan, aku pun mengambil beberapa potong. Lalu, di lapak lain aku melihat pie buah dengan lapisan custard yang lembut dihiasi buah-buahan segar. Tanpa berpikir panjang, aku pun memasukkan beberapa ke dalam tas belanja.

Namun, pilihan belum selesai. Di deretan berikutnya, aku bertemu dengan kue nona manis, kue berwarna hijau dengan isian santan manis yang meleleh di mulut. Aku langsung memutuskan untuk membelinya juga karena tergoda dengan warna hijaunya yang mengkilat. Seakan memanggilku untuk segera melahapnya. 

Tak jauh dari stand tempat berjualan kue nona manis, tampak aneka gorengan  terpajang dengan menggiurkan. Risoles yang renyah, pastel dengan isian telur dan sayuran, hingga tahu isi yang gurih menggodaku. Aku tak kuasa untuk menahan kenikmatan gorengan, segera aku pun membeli beberapa jenis dan memasukkannya ke dalam kantong belanja.

Berkeliling selama kurang lebih satu jam di pasar kue Subuh Senin, membuatku kalap karena tanpa sadar kantong belanjaan ku sudah dipenuhi aneka cemilan kue basah yang menunggu untuk di nikmati. Aku pun memutuskan segera pulang karena suara perut sudah memanggilku untuk sarapan. Setelah kembali menuju penginapan, aku langsung membuka tas belanjaan, rasanya sulit untuk percaya, karena dengan harga yang terjangkau, aku bisa menikmati aneka jajanan yang beragam. Kue-kue basah tradisional yang selalu punya tempat di hati dan menyisipkan kerinduan tentang kenangan masa kecil, di rumah sederhana bersama nenek yang kini telah tiada dan aku pun yang kini telah menua.

Meski banyaknya kue-kue modern mulai menjamur dan perlahan mulai menggeser kepopuleran kue tradisional, namun bagiku kue tradisional selalu punya tempat di hati yang paling istimewa, tentang sebuah rasa yang menyimpan kenangan dan sulit untuk tergantikan. 

"Seperti memoar indah dalam ingatan"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline