Lihat ke Halaman Asli

Ririe aiko

Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Full Mom vs Working Mom

Diperbarui: 3 November 2022   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Jadi Ibu harus Hepi? Bener ga sih Ibu harus selalu Hepi? Trus gimana caranya kita selalu Hepi sementara dilain kesempatan tuntutan sebagai ibu seakan tidak ada habisnya, belum lagi tuntutan para ibu yang merangkap sebagai working mom, tentunya tidak mudah memenuhi tuntutan menjadi ibu yang baik sekaligus pegawai yang sesuai dengan ekspektasi atasan. Tidak mudah menjalani dua peran sekaligus. Sementara terkadang  omongan miring diluar sana yang hanya bisa menjudge perihal "kegagalan peran sebagai ibu maupun kegagalan peran sebagai working mom" seakan menjatuhkan mental berkeping-keping.

Padahal mereka yang hanya bisa bicara, tidak pernah benar-benar mampu mengalami kesulitan yang kita hadapi. Point penting yang harus kita sadari bahwa "Setiap ibu memiliki peran dan kesulitannya masing-masing" tak ada yang bisa disalahkan disini. Semua sedang berjuang menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anaknya. Meskipun tidak bisa dibilang mudah, tapi percayalah semua ibu pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. 

Mereka yang memilih jadi Full Mom, sedang berupaya untuk mencurahkan kasih sayang serta perhatian penuh kepada anak-anaknya. Meski terkadang realita tidak seindah ilmu parenting, tak bisa dipungkiri nada suara naik beberapa oktaf itu adalah hal yang biasa dilakukan para ibu, ketika perseteruan sang kakak dan adik sudah tak bisa didamaikan dengan suara lembut. Bahkan terkadang jeritan atau teriakan yang menggema diruangan, bukan berarti si ibu sedang melakukan kekejaman fisik, tapi bisa jadi si kecil sedang memainkan dramanya untuk menarik keinginnya agar dipenuhi. Percayalah, seorang ibu juga sering menangis dipojokkan, para emak-emak yang mungkin terlihat "Perkasa" itu pun sering merengek di kamar mandi sendirian, memikirkan cara menjaga kewarasannya, agar ia bisa tetap terlihat tangguh dihadapan anak-anaknya sekaligus tetap terlihat cantik dihadapan suaminya. Sekali lagi percayalah menjadi Full mom itu tidak mudah!! Sangat Tidak Mudah!

Lalu bagaimana dengan working mom?? Haruskah kita menjudge hidup mereka lebih enak karena masih bisa keluar rumah, nongkrong sana sini, tanpa harus repot mengurusi anak, Ataupun segala urusan dirumah yang seakan gada ujungnya! 

Ya mungkin bener, mereka yang bekerja, kehilangan banyak waktu untuk menikmati momen bersama si kecil, tapi dibalik itu semua para working mom ini juga sedang berupaya membantu suami sekaligus ingin memberikan masa depan yang baik bagi si kecil, karena tak bisa dipungkiri, ekonomi menjadi faktor utama untuk menunjang kehidupan masa depan anak. Betul kalau rezeki itu sudah ada yang mengatur, tapi harus kita sadari bahwa setiap rumah tangga memiliki masalahnya masing-masing. Terkadang seorang ibu terpaksa dituntut keadaan harus berjuang bersama suaminya bahkan sebagiannya lagi ada yang dituntut untuk  menjadi single parent yang berperan sebagai tulang punggung untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga. 

Bukan karena tidak sayang atau tidak mau mengurus anak, tapi karena dia tau prioritasnya yang utama adalah ikut berjuang demi kehidupan rumah tangganya. Sekali lagi percayalah bahwa menjadi Working Mom pun tidak mudah, karena akan selalu ada dilema perasaan dimana tuntutan pekerjaan bertabrakan dengan tuntutan sebagai ibu. Saat anak sakit bebarengan dengan saat pekerjaan menumpuk. Tentu bukan sesuatu yang mudah diatasi.

 So thats the point, menjadi Full Mom ataupun working Mom, intinya adalah semua ibu sama-sama sedang berupaya untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Jika anda adalah Full Mom, Anda hebat Anda luar biasa!! Jika Anda adalah Working Mom, Anda juga hebat dan Anda luar biasa!! Mulai saat ini belajarlah bijak untuk berhenti menilai hidup orang lain! Karena kita tidak pernah tau sudah sekeras apa perjuangannya untuk berupaya memberikan yang terbaik. Jangan jatuhkan mental seseorang dengan prasangka dan perkataan kita yang tidak baik.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline