saat ia tengah sendirian sedang berpacu dengan rupiah dan setoran, sejenak air mata ia usap demi Anak-anaknya tidak terbesit kesedihan.
bagaimana tidak? Ia enggan berbagi kesedihan dan ingin berbagi kebahagiaan saja.
Manakala ruam ruam waktu tak lagi membeku, saat itu ,ibu menghangatkan ku dengan sebuah kain selimut peredam dingin menderu menusuk kalbu.
sepintas celotehan dongeng ia dendangkan, petuah petuah nasihat ia sisipkan, terkadang makanan ia hantarkan.
Namun saat inilah? kau bisa membalas jasanya? dengan sekuat tenaga kau berkarya
Untuk dipersembahkan padanya. Meskipun asa mu sampai kapanpun tidak akan pernah sama dan setimpal.
Setidaknya air mata Ibumu bisa kau hapuskan...
----
Demikian dan salam puisi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H