Lihat ke Halaman Asli

M. ERIK IBRAHIM

🐇🦢🌱Berakit Rakit Ke hulu, Berenang renang ketepian, aku bersungguh sungguh untuk kamu, TAPI, kamu malah demikian🌴🌿

Puisi: Ketika Bulan Menangis dan Malam yang Murung

Diperbarui: 13 Oktober 2022   18:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar oleh cnnindonesia.com oleh Julio Cortez | Sebuah malam yang penuh keheningan

Cukuplah burung menjadi saksi bulan itu sedang menangis dan malam yang Murung... 

Gelagat rasa resah, galau, hingga relung hati tercabik, rupanya didengar rembulan di cakrawala sana. 

Aku melihat nya sedang berbisik bernada halus kepada awan untuk segera menurunkan hujan dibumi, agar siapapun tidak mengetahui dirinya sedang menangis. 

Cenderung meringkuk dan menutup diri, namun tetap menyinari malam-malam ini dengan lentera di sekujur tubuhnya. 

Tetap teguh meskipun, kalbu ingin runtuh

Lain lagi dengan malam yang begitu murung hari ini, memenjarakan bintang bintang untuk berkilauan di bumi. 

Mengapa bulan menangis? 

Mungkin, relung hatinya terluka, mungkin rasa rindu yang menggebu gebu pada makhluk bumi, mungkin juga rasa gundah gulana menerpa nya. 

Lalu, mengapa malam begitu Murung? 

Mungkin kepiluan makhluk bumi, ingin ia tampung dengannya. Namun apadaya, tidak bisa dijangkau dan diraih, hanya bisa diraba dan diterawang saja. 

Banyak juga renungan, isak tangis hingga sayatan hati penduduk bumi dihibahkan di malam-malam penuh kesunyian. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline