Menoleh ke sana dan kesini, di keramaian, tapi, tetap saja ia merasa sendiri
Saat ia menepi sejenak, sebenarnya ada huru-hara yang gelagapan menyertai nya. Tangisnya sembari merengkuh dan tertunduk kebawah.
Surau Surau ia jadikan tempat mengadu kepada sang Pencipta, Muara pinta keadilan cercaan, mendekatlah kepadanya.
Ia ingin nimbrung... , rasa canggung meratap
Ia ingin berbincang, seketika mulut terpaku dan terkunci.
Mengapa ia terdiam. Mungkin, menilai dari satu sisi, tiada cukup, apa lagi, siulan kabar burung yang kau layangkan kepadanya...
Demikian juga cercaan...
Sebenarnya ia berusaha merangkai kembali. Asa semangat mengarungi hidup... Tetapi jika itu yang ia dapati,...
Malam ini pun rasanya menjadi getir baginya...
Memilih perut gersang daripada kenyang dalam rintihan
Perlahan tapi tapi pasti, do'akan saja, ia bangkit...
Merangkak keluar menapaki tangga tangga yang ia susun utuh. Yang sebelumnya rapuh...
Mengapa ia terdiam? Tanyakan padanya dilubuk hati yang paling dalam...
***Mengapa Ia Terdiam***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H