Payoda kali ini memang tampak beda dari biasanya. Tertuang rintik-rintik air hujan didalamnya.
Daku sejenak recaka namun mengesampingkan jiwa raga yang hampir rajaswala.
Payoda payoda ini tampak murung. Tersingkap dibalik rona warna mendung. Menunjukkan raut muka kusam.
Ku petik, satu tangkai bunga, apakah ini yang kau inginkan. Uluran tangan kasihan. Menyorongkan ke atas. Kasihan.
Pilau pilau kali ini juga tidak nampak bermuara, singgah antar desa, kota, maupun suku suku lain. Menyisir hayat, agar jeratan kesukaran, kelaparan, tiada melanda.
Apa ini berhubungan dengan payoda , yang nampak murung?....
Pilau pilau. Mungkin hatinya sungkan untuk mengarungi samudra, disisi lain, kesedihan menyelimuti payoda.
Tak biasanya. Payoda membiaskan pana rona. Namun kali ini 2 saja, abu abu cenderung gelap.
Apakah ia ada rasa pedar dengan cakrawala ini?
Pilau pilau kepayahan. Nampaknya benih benih-benih palapa harus ditaburkan. Semoga saja, Payoda terhibur.
Nampaknya makhluk lain, sementara tiada risak terlebih dulu. Agar runyam masalah tiada berkobar membara.
Muara Pinta, "Semoga payoda lekas pulih,benih-benih petrikor ( Tanah kering yang baru saja terguyur air),segera menjelma dan membawa kedamaian "
FYI : Payoda itu Awan yang menghasilkan air
Pilau bermakna perahu
# Pagi, Pilau dan Piyoda, 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H