Batu itu kuat dan kokoh. Namun, manakala air meniti satu persatu dan jatuh. Terkikis sudah perlahan. Itu sementara.
Hidup...
Sehat...
Kaya....
Pintar...
Cerdas...
Sementara saja!...
Disanjung di segala penjuru mata angin, jutaan mata menyanjung padamu. Lagi-lagi, hanya sementara.
Letih,...
Lemah....
Bodoh,....
Miskin,....
Sedih,....
Semuanya itu sementara, dipangkuan mu, dipikiranmu, sejenak mindset harus kau ubah.
Daku sukar,
Bilah Bilah dan seberkas kemustahilan, berusahalah...
Meskipun nanti nya, didalam perjalanan,... Jutaan mata....
Cuitan cibiran....
Suara sumbang cemoohan...
Lirikan mata tajam...
Gegap gempita bersatu padu menghujam. Itu hanya sementara...
Sabang sampai merauke ini bak samudera dan benua yang mengetuk pintu kesadaran mu,...
Sejenak singgah,...
Membuka lembaran lembaran baru....
Sementara menyakitkan. Tapi...! Itulah sementara
******Semarang, 19 September 2022****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H