Sepi. Sembari pagi dengan dingin menusuk kalbu berdentum, memagut wajah sayu dengan mata yang sedikit pucat.
Aku... Aku berdiri di sini sendirian. Telah lama singgah dan bersemayam, tapi engkau tak pernah membukakan pintu untuk ku
Terperangah menyambit ku dengan terjangan rasa terkejut, manakala secuil nasi... Kau tak dapat sajikan di meja makan ini
Engkau lihat... Kotak hitam bersemayam darah itu. Bukan... Itu bukan darah. Itu adalah buah naga.
Pikirkanlah itu dibenakmu...! Rasa tega tak dapat ku elakkan darimu... Aku hanya gurau saja kepadamu. Tapi tangis dalam diam.
****
Getir... Hambar, bagai menyeruak hingga ke lubang hidung. Penuh sesak.
Sunyi ku tak dapat tampikkan disini. Sendau gurau awan perlahan lahan sirna.
Tidak lagi ada. Tapi entah, hingga kapan ini berakhir...
# M. Erik Ibrahim
# Kamis, 04 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H