Lihat ke Halaman Asli

Buku Sekolah (Katanya) Elektronik

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Semua yang ada di dunia hanyalah sarana.

Eric V. P.

Sudah sejak beberapa tahun lalu pemerintah menganjurkan memakai buku sekolah "elektronik" bagi sekolah-sekolah. Bagaimana jadinya? Mengapa?

Sekolah-sekolah negeri pada saat ini telah banyak beralih dari buku sekolah "elektronik". Saya sebagai siswa di salah satu kelas RSBI di salah satu SMA negeri di kota Madiun hanya memakai 1 buku sekolah "elektronik". 17 pelajaran sisanya dengan buku lain. Kelas non-RSBI? Bisa jadi sama. Katanya anjuran, hasilnya tidak dilaksanakan.

Hal ini memang tak pelak lagi karena kebijakan yang terkesan dipaksakan. Terlalu dipaksakan, jadinya gagal. Harus diakui, buku buatan penerbit terkemuka (misalnya E****g**, Y*****t***, dan kawan-kawannya) berharga relatif mahal, dan masih hanya dalam media kertas. Namun, dengan kata elektronik, membuat adanya kesan dipaksakan. Dari mana dipaksa? Sudah terang dipaksa. Kalau dipakai sebagai buku diktat dalam bentuk kertas, jadi tidak elektronik. Dipakai dengan alat elektronik (misalnya iPad atau komputer portabel)? Setengah-setengah. Bagaimana bisa? Buku sebagai sarana belajar harus bisa benar-benar ada dalam sebanyak-banyaknya kondisi untuk mempermudah pemanfaatannya. Dengan buku diktat yang berat (seperti buku IPS terpadu untuk SMP), sulit. Dengan komputer portabel? Jadi terikat (memindahkan file terkadang merepotkan, ya atau ya?). Apa solusinya? Pembelajaran online sebagai pendukung. Sebagian buku teks buatan luar Indonesia sudah mulai menerapkan, seperti contoh buku-buku yang dibuat oleh McGraw-Hill, walaupun bisa jadi mahal untuk siswa Indonesia.

Bagaimana yang dilakukan pemerintah? Pemerintah hanya membeli hak cipta buku, membuat dalam format PDF, dan lantas menjadikannya "elektronik". Hal ini sungguh ironis, sebab masih banyak faktor lain yang perlu dikembangkan dari kata"elektronik", dan hal yang paling penting yang mempengaruhi adalah persepsi masyarakat bahwa secara elektronik berarti sebaik-baiknya memberdayakan sumber daya yang ada secara elektronik. Pemerintah tidak perlu menghapus persepsi tersebut, namun memanfaatkannya. Apakah memanfaatkan pembaca PDF saja cukup? Tidak! Masih ada banyak hal yang perlu dimanfaatkan, seperti pemutar file Flash, pemutar media, penampil presentasi, dan sebagainya.

Apa solusinya?  Pilih saja antara membuang kata "elektronik" dan tidak menyediakan secara elektronik sama sekali, atau memanfaatkan label kata "elektronik" untuk kemajuan. Semoga bermanfaat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline