21 Oktober 2024, Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro dilantik sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia (Mendiktisaintek RI) dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Pelantikan tersebut membawa harapan besar untuk kemajuan pendidikan tinggi dan riset di Indonesia. Namun, hanya dalam 100 hari masa jabatan, kontroversi besar mencoreng reputasi sang menteri dan memunculkan krisis di internal kementerian.
20 Januari 2025, bertepatan dengan 100 hari pemerintahan, terjadi demonstrasi masif yang melibatkan aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Kemendiktisaintek. Aksi ini menyoroti berbagai tindakan yang dinilai arogan dan semena-mena dari Menteri Satryo terhadap bawahan, yang berujung pada ketegangan dan protes terbuka. Artikel ini mengkaji kronologi kejadian, latar belakang persoalan, dampaknya terhadap institusi, serta respons yang diharapkan dari berbagai pihak.
Kronologi Kekisruhan di Kemendiktisaintek
Demonstrasi besar pada 20 Januari 2025 menjadi puncak ketegangan di Kemendiktisaintek. Dalam rekaman video yang beredar luas di media sosial, Menteri Satryo terlihat mengenakan kemeja putih dan celana hitam, berjalan menuju mobil dinas RI-25 dengan kawalan petugas keamanan. Suara sorakan dan teriakan keras menyambut kehadirannya dari puluhan ASN yang telah menunggu di area parkir. Tanpa memberi tanggapan, Satryo tetap berjalan lurus ke arah mobilnya.
Situasi memanas ketika sejumlah ASN mencoba menghadang mobil sang menteri, menyerukan desakan agar beliau mundur dari jabatannya. Petugas keamanan berupaya membuka jalan hingga mobil berhasil meninggalkan tempat, meskipun suara protes tetap terdengar hingga video berakhir. Insiden ini menegaskan ketidakpuasan mendalam yang telah lama terpendam.
Pemecatan Sepihak dan Tindakan Arogan
Neni Herlina, seorang ASN yang dipecat secara sepihak, membeberkan pengalaman pahitnya. Bertugas sebagai Prahum Ahli Muda dan Penanggung Jawab Rumah Tangga di Kemendiktisaintek, Neni menyebutkan bahwa dirinya dan empat rekan lainnya diberhentikan tanpa proses yang jelas. Ia menegaskan bahwa pemecatan tersebut dilakukan melalui pesan WhatsApp, tanpa adanya surat resmi atau prosedur yang sesuai.
Neni juga mengungkap sebuah insiden ketika ia diminta memasang jaringan internet di rumah dinas Menteri Satryo. Meski telah berusaha bekerja cepat, menteri tetap memarahinya karena dianggap lamban. Dalam keadaan emosi, Satryo mengirimkan pesan singkat yang berbunyi, "Saya pecat kamu." Neni tetap bekerja seperti biasa hingga akhirnya dipanggil langsung ke kantor menteri dan diusir di hadapan staf dan anak-anak magang. Perlakuan ini, menurutnya, tidak mencerminkan etika kepemimpinan yang seharusnya.
Penamparan Vendor: Bukti Arogansi yang Melampaui Batas
Selain pemecatan sepihak, Neni mengisahkan insiden lain yang lebih serius, yaitu penamparan seorang vendor oleh Menteri Satryo. Kejadian ini, yang juga terekam video, memperlihatkan sang menteri melakukan kekerasan fisik terhadap pekerja eksternal yang dianggap tidak kompeten. Video tersebut telah menyebar luas dan menjadi bukti tambahan atas perilaku yang tidak patut dari seorang pejabat tinggi negara.
Ketidakpuasan ASN semakin terwujud dalam bentuk spanduk besar yang dipasang di depan kantor Kemendiktisaintek. Tulisan pada spanduk berbunyi, "Pak Presiden Selamatkan Kami dari Menteri Pemarah, Suka Main Tampar dan Main Pecat." Pesan ini menjadi simbol frustrasi para pegawai yang merasa tidak dihargai dan diperlakukan secara tidak adil.