Lihat ke Halaman Asli

cinta sendiri

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hal biasa menghisasi pagi ini. terduduk di bangku dan meja yang menjadi satu. Di depan whiteboard dan kelas yang letaknya di ujung lantai paling atas. Tak henti ketika mata sandi mengarah pada jam tangan yang di sematkan, menanti sang waktu akan berhenti menemani pagi ini.

“Apa karena disini semua nampak buntu? Apa karena bukan tempat yang dituju? Tempat ini bukan tempat pelarian tetapi tangga pijakan untuk menapaki tangga selanjut nya! Ya aku yakin itu” selalu saja kata – kata itu yang menguatkan sandi mengarungi rutinitas barunya.

Ia melihat sekelilingnya. Sahabat - sahabat baru yang akan bersama mengarungi jalan yang berliku. Tiba – tiba matanya langsung terjutu ke whiteboard karena akan ada pembagian kelompok untuk membahas materi pada mata kuliah kali ini.

*deg ada yang menghujam hatinya ia melirik pelan.  “siapa saja yang akan berkelompok denganku?” dia mencari dan dicari teman sekelomponya. Seketika mata sandi bertemu dengan mata salah satu teman, Seperti ada yang berbeda darinya ia membuat sandi tersenyum dan serasa terbang jauh entah kemana. Senyumnya yang manis menebarkan keceriaan ruangan itu, di tambah tahi lalat di dagu kiri yang membuatnya nampak berbeda. Kesan indah saat pertama melihat apakah itu pertanda.

Meski sudah beberapa minggu menempati kelas yang sama, tapi sandi tak tau namanya belum ada momen tepat yang membuat sandi berani untuk menanyakannya. Seperti berharap waktu akan menjawab tanpa harus menemuinya sandi pun akhirnya mendapatkan jawaban tentang namanya.

“jadi dia ara, nama yang indah..” sejak beberapa hari setelah masuk perkuliahan Sandi selalu memperhatikan ara dari sudut pandang yang berbeda. Disaat yang lain melihat hal yang sudah indah tetapi menurut sandi ada sesuatu yang berbeda dibalik sisi lain ara.

Riuh keadaan kelas semakin memuncak ketika dosen bergegas untuk meninggalkan kelas. sandi bersama teman – teman yang lain kemudian ikut bergegas.

Banyak mengkonsumsi dunia sosial melalui facebook dan twitter membuat sandi memiliki tempat pelarian sejenak untuk rasa penasaran nya. Disana dunia bebas, dunia siapa saja, apa pun dapat cerna tergantung apa yang inginkan. Termasuk keinginan sandi mencari tau tentang ara.

Jemari sandi sudah hafal untuk mengetikan URL yang setiap hari ia kunjungi. Mengetikan nama ara dan ternyata hasilnya akun-akun yang ditemukan bukan ara teman sekelasnya. Sandi bingung apakah di jaman seperti sekarang ara tidak punya akun jejaring sosial atau dia menggunakan nama lain atau memang dia tidak menggunakannya karena ada seseorang yang telah mengisi hari – hari nya.

Seketika ada yang teringat di benak sandi yaitu kordinator mahasiswa di kelas nya. Dia salah seorang yang menyimpan nomor telepon genggam semua mahasiswa di kelas termasuk ara pastinya.


secarik sms pun terkirim. Tak lama sms balasan memasuki inbox sandi. Tertulis ara beserta nomernya. Memang benar jika semua di dunia ini tidak ada yang kebetulan pasti ada jalan yang  akan mempertemukan sesorang dalam garis hidupnya.

rasanya bercampur antara senang dan gelisah sandi memberanikan diri untuk mengawali menyapa ara untuk menanyakannya. Satu kata singkat tertulis mengisi surat singkat itu. sandi menunggu namun belum ada balasan dari nya sedangkan waktu sudah semakin menjerat pikiran sandi. Tugas hampir menemui waktunya untuk lahir menjadi sesuatu yang ditunggu. Duapuluh empat jam terasa singkat untuk membagi pikiran antara tugas dan cinta. Dan malam itu pun berlalu.

Tepat lima menit sebelum jam kelas masuk akhirnya tugas sandi selesai dan masih terasa hangat untuk segera disampaikan. Di kelas ada yang berbeda. ara tak ada di tempat duduk nya. “dimana dia?” sedangkan jam tangan sudah menunjukan saatnya jam masuk. Tanpa basa basi sandi kemudia menanyakannya pada rasya yang biasa duduk di dekat ara. Dan memberi tahu bahwa ara sedang sakit dan tidak masuk hari ini. Semangatnya seakan berubah menjadi rasa khawatir yang begitu besar.

Sandi teringat dengan pesan singkat nya yang terbalas, mungkin saja sejak semalam ia sakit dan tidak menggenggam teleponnya. Dalam hati sandi berdoa semoga ara cepat sembuh agar sandi bisa melihat senyum nya yang teduh itu kembali dan mengisi setiap hari – hari di kelas.

Sandi mencoba menanyakan tempat tinggal nya kesana kemari. Karena memang sandi pun baru di kota itu. kota yang nilai – nilai agama dan budaya masih sangat kental di benak masyarakatnya. Kota yang tentram dan masih sejuk dari hiruk pikuk perkotaan besar lain.

Tenyata ara tinggal tak begitu jauh dengan sandi namun karena ketidaktahuan sandi pun hanya berputar- putar tak tentu mencari dan untungnya bisa menemukannya. Sekitar sepuluh menit sandi menunggu di dapan gerbang bersama rasa khawatir yang menemaninya. Akhirnya ara berjalan keluar untuk menemuinya.

Wajah yang biasanya sangat cerah dan memancarkan keteduhan kini sandi melihatnya pucat. Tetapi sandi merasa sedikit senang karena bisa bertemu dengannya. Senyumnya tetap ramah meski ia sedang dalam kondisi tidak baik.

Dia sangat berbeda. Berbeda menurut sandi entah apa yang membedakannya hanya sandi yang tau. Karena sudah cukup menjenguk sandi pun berpamitan kepada ara untuk pulang. Dan tak lama setelah sampai di rumah sandi pun merasa kan rasa yang tak biasa. Tiba – tiba ia tak bisa berhenti untuk memikirkan ara. Mungkin ridu telah memenuhi relung jiwanya. Jiwa yang telah lama hanya terisi kekosongan.

Keesokan hari ara sudah menempati tempat duduk nya dan dating lebih awal daripada sandi. Melihat itu sandi merasa senang. Sandi hanya menatap nya dari luar kelas dan memilih teman – teman yang sudah bergabung. Di tengah acara kumpul – kumpul menunggu dosen hadi bercerita mengungkapkan bahwa ia kagum dengan ara dan ingin mendapatkannya. Sandi seketika merasa tidak enak dan hanya tertunduk diam tanpa menanggapi.

“ternyata bukan hanya aku” terkadang cinta membuat seseorang tak sadar akan apa yang ia rasakan. Dan lebih dari itu ia tak sengaja mengetahui bahwa ara sudah memiliki kekasih. Lengkaplah hari itu. hari dimana sandi kembali merasakan cinta sendiri. Cinta yang tak mampu diungkapkan lewat kata hati.

Sandi mencoba untuk tetap tersenyum dan menjadi dirinya seperti biasa meski hati nya tak mampu sejuh itu. mencoba memberikan kenyamanan pada ara dan berharap ara merasakan apa yang sandi rasakan. Meski itu hanya tertuang dalam doa di sela-sela harinya.

Disinilah sandi merasakan bahwa setiap rasa yang dimiliki itu tak harus mengaharkap balasan karena ketulusan lebih penting dan membiarkan ara bahagia. Jika memang ara tertulis di jalan cerita nya pasti ia akan mengisinya sebagai peran yang tak tergantikan dan mengisi kekosongan di hati sandi. Karena tidak ada yang namanya kebetulan tetapi semuanya adalah takdir tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline