Lihat ke Halaman Asli

Erick Iskandar

Trainer I Coach I

Seni Mengakui dan Menghargai Orang Lain

Diperbarui: 12 Juni 2021   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi recognizing employee (sourcemarketingdirect.com)

Penelitian yang dilakukan oleh OC Tanner Research dan institusi oGolead  menunjukkan bahwa:

  • 79% karyawan yang berhenti dari pekerjannya menyatakan bahwa alasan utama mereka berhenti karena kurang mendapat rekognisi / apresiasi.
  • 82% karyawan merasa bahwa atasan mereka tidak meng-apresiasi pekerjaan yang mereka lakukan.
  • 60% karyawan menyatakan bahwa mereka lebih termotivasi oleh apresiasi / rekognisi dibandingkan gaji.

David Novak (mantan CEO Yum! brand yang mengelola KFC, Pizza Hut, Taco Bell) menyatakan bahwa telah terjadi defisit rekognisi secara global di dunia bisnis saat ini. 


Jika perasaan dihargai adalah hal esensial yang dibutuhkan karyawan, mengapa banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa para Manager dan pemimpin organisasi belum  secara efektif melakukannya? Karena belum terbiasa dan terampil melakukannya. Karena belum membudaya. Karena merasa bahwa toh karyawan memang digaji untuk itu jadi sudah sewajarnya dia menghasilkan kinerja. Padahal setiap dari kita memiliki kebutuhan Psikologis akan pengakuan dan penghargaan. Untuk merasa bahwa apa yang kita kerjakan bernilai, bermakna, dan bermanfaat.


Karena itu penting bagi kita sebagai pemimpin untuk memahami bagaimana memberikan pengakuan secara tepat dan berdaya bagi orang lain. 5 Tips ampuh ini akan membantu anda untuk meningkatkan peran anda sebagai pemimpin yang apresiatif bagi tim anda.

1. Niatkan apresiasi anda adalah untuk kebaikan orang lain

Memberi apresiasi dengan berkata "good job, well done" tidaklah cukup. Kata-kata yang terucap perlu memiliki makna dan niat untuk menghargai secara tulus terhadap apa yang telah dilakukan orang lain. Tidak mungkin pujian yang bertujuan memanipulasi orang lain dapat berdampak positif bagi orang yang menerimanya.

Tanyakan ini pada diri kita : apakah saya memujinya karena saya ingin ia lebih mematuhi saya? Ataukah saya memujinya karena ia pribadi yang penting dan berharga dan layak menerimanya? Apakah saya memujinya untuk sekedar formalitas? Ataukah saya memujinya karena sungguh menghargai pekerjaan baiknya?

Pemimpin sesungguhnya tidak perlu berupaya menarik perhatian orang lain. Ia justru berupaya menaruh ketertarikanya pada orang lain. Paradoksnya adalah ketika ia menaruh ketertarikannya pada orang lain, ia akan menarik perhatian orang lain.

Begitu pula ketika kita memberi pujian pada orang lain. Dasarnya adalah kita menaruh ketertarikan kita pada mereka. Bahwa mereka unik, berharga, dan penting sehingga kita menghargai pribadi mereka, upaya mereka serta kinerja yang dihasilkan.

 2. Berburu kinerja baik

Dalam keseharian bekerja, seringlah menemui anggota tim dan mendapati mereka sedang melakukan pekerjaan baik. Ibarat seorang pemburu yang berburu mangsa, buruan anda adalah anggota tim anda sendiri yang sedang melakukan kinerja dengan baik. Seorang pemburu memiliki fokus dan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk menemukan mangsanya dan kemudian mengeksekusinya. Pemimpin memiliki fokus dan kewaspadaan yang tinggi terhadap kinerja baik anggota timnya.

Apa yang kita fokuskan pasti akan kita temukan. Jika kita berfokus pada kinerja baik orang lain, pasti kita akan menemukannya, sesederhana apapun kinerja baik itu. Sayangnya, banyak pemimpin yang masih berfokus untuk menemukan kesalahan dari anggota timnya. Akibatnya mereka memang akan menemukan kesalahan-kesalahan tersebut, dan apa yang terjadi berikutnya? Praktek kepemimpinan yang men-demotivasi akan terjadi : kritikan, menyalahkan, penghakiman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline