Lihat ke Halaman Asli

Erfransdo

Journalist, Traveler

3 Tipe Penjaga Warung Kelontong yang Bikin Saya Ogah untuk Balik Lagi

Diperbarui: 9 Juli 2024   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi warung (Unsplash/Heri Susilo)

Warung kelontong menjadi sarana masyarakat untuk dapat membeli kebutuhan rumah tangga dengan mudah. Keberadaannya yang melimpah membuat sebagian besar masyarakat memilih warung kelontong untuk berbelanja dibanding pergi ke minimarket modern seperti Alfamart atau Indomaret.

Selain harganya yang relatif murah, stok kebutuhan rumah tangga sampai makanan ringan pun cukup melimpah. Warung kelontong biasanya selalu ada di setiap gang-gang rumah sampai ke daerah pedesaan. Bisnis warung kelontong memang cukup menggiurkan jika ditekuni dengan serius.

Namun, di balik mudahnya akses, ada saja hal yang membuat saya enggan untuk membeli kebutuhan di warung kelontong tertentu. Alasannya, beberapa dari penjaga warung kelontong seperti mau tak mau untuk jualan yang membuat para pelanggan kesal hingga malas untuk kembali lagi dan memilih warung lain meskipun jaraknya lebih jauh.

Berikut merupakan tiga tipe penjaga warung kelontong yang bikin saya kesal hingga saya enggan untuk kembali lagi ke sana.

#1 Tipe penjaga warung yang susah untuk dipanggil

Tipe penjaga warung pertama yang bikin kesal adalah mereka yang nggak stand by menunggu pembeli. Tipe yang satu ini lebih memilih untuk menunggu pembeli memanggil namanya. Kalau di daerah Jawa Barat biasanya tipe pemilik warung ini akan keluar kalau ada yang bilang, "Punten," atau dalam bahasa Indonesia berarti permisi.

Tidak masalah kalau sekali panggil si pemilik warung langsung keluar atau setidaknya menyahut. Beda cerita kalau sudah dipanggil berkali-kali, namun si pemilik warung tidak kunjung keluar. Saya pernah menjumpai tipe yang seperti ini.

Ceritanya waktu itu saya hendak mandi dan keramas, tapi stok shampoo sudah habis. Kebetulan dekat indekos saya ada warung, tapi berkali-kali saya memanggil si pemilik warung tidak juga keluar, padahal warungnya sudah buka. Alhasil saya pun beli shampoo di warung lain yang jaraknya lebih jauh. Sejak saat itu, saya pun enggan kembali lagi ke sana meskipun jaraknya sangat dekat.

#2 Tipe penjaga warung yang judes

Sebagai penjual tentunya harus mempunyai sikap yang ramah agar para pembeli merasa nyaman dan dihormati. Dengan begitu, pembeli juga tidak akan kapok untuk membeli kebutuhan rumah tangga di warung kelontong tersebut karena mereka merasa dilayani dengan baik meskipun tidak berbelanja banyak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline