Siapa hari ini yang nggak doyan sama jajanan cilok? Saya yakin, hampir semua kalangan mulai dari emak-emak yang suka nongkrong di warung sampai pejabat pasti suka sama jajanan yang satu ini. Ya, cilok memang bisa kita temukan di mana saja. Di jalanan bisa, di sekolahan bisa, di hajatan bisa, bahkan di polsek pun kita masih dapat menemukan bapak-bapak yang jualan cilok.
Entah sejak kapan saya mulai suka sama jajanan cilok, yang pasti sampai saat ini saya masih kecanduan makan cilok kalau ada pedagang cilok yang lewat depan rumah saya. Karena pecinta cilok jumlahnya bejibun banget, jadinya di kampung saya penjual cilok itu lebih dari satu orang. Macam-macam olahannya pun berbeda, ada yang menjual cilok goreng, cilok rebus, cilok mentah, cilok Bandung, sampai cilok-cilok yang lainnya.
Hampir setiap hari setiap pedagang cilok pasti melewati rumah saya. Apalagi kalau sudah jadi langganan, saya jadi tahu percis jam berapa kang cilok mampir ke depan rumah saya. Kebetulan penjual ciloknya pun tetangga saya meskipun jarak rumahnya dengan saya agak jauh, tapi ya saya sekeluarga memang sudah kenal sama kang cilok yang satu ini. Bapak Jaro, namanya. Dan saya biasa memanggilnya dengan sebutan Mang Jaro.
Kalau Mang Jaro nggak jualan karena satu dan dua hal, biasanya saya suka membeli cilok di tukang dagang yang lain. Biasanya para penjual cilok memang suka lewat depan rumah, atau terkadang nggak lewat sama sekali.
Pokoknya kalau sudah ada suara teng teng teng pakai sendok dan piring, saya tahu bahwa itu si penjual cilok. Biasanya saya suka langsung saja ke sumber suara sambil membawa mangkuk. Soalnya kalau makan langsung di plastik sensasinya kurang terasa karena panas.
Ketika saya perhatikan setiap penjual cilok yang telah saya temui, ada berbagai tipe penjual cilok dengan cara berjualannya yang khas. Pokoknya setiap penjual cilok itu mempunyai ciri khasnya masing-masing. Dari yang muda sampai yang paling tua punya daya tariknya tersendiri. Kira-kira kalau saya jabarkan setiap tipenya, kurang lebih seperti berikut ini.
Hal Paling Lumrah : Pakai Topi dan Serbet di Leher
Mulai dari Mang Jaro sampai Mang Ujang, ketika sedang keliling menggendong gerobak cilok yang dibawanya, mereka selalu membawa starter kit khusus : topi dan serbet. Kalau bisa ditelaah sih hampir sama seperti penjual sayuran keliling atau kondektur angkot. Bahkan di tempat lain pun saya sering melihat gaya pedagang cilok, ya, memang seperti itu.
Saya tidak tahu kapan tren itu dimulai, aneh saja gitu setiap pedagang cilok harus selalu pakai topi dan serbet yang dipakai di leher. Ya mungkin untuk meminimalisir cuaca panas atau gerimis, dan juga si serbet untuk mengelap keringatnya karena capek seharian keliling kampung. Jadinya yaaa unik saja saya melihatnya. Dan saya memang sudah hafal jenis topi dan serbet yang dipakai para penjual cilok karena sering beli dagangannya.
Berkeliling sambil Membunyikan Suara Khas