Lihat ke Halaman Asli

Erlina Febrianovida

Wanita yang masih harus banyak berbenah :-)

Kejahatan Seksual Suka-suka!

Diperbarui: 12 Mei 2016   15:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Batita di Bogor diperkosa dan dibunuh tetangganya”

Begitu salah satu bunyi cuitan sebuah surat kabar online lewat akun twitter-nya kemarin,Rabu 11 Mei 2016. Tautannya saya buka dan mulailah saya membaca. Hhhmmm…, kasus kejahatan seksual macam begini kok ya sudah seperti menu kejahatan utama yang setiap hari gratis dan harus ada yah? Kasus perkosaan, salah satunya yang cukup ekstrem dan belum lama terjadi yakni kisahnya si Yuyun seolah kezhaliman “remeh temeh” karena gampang sekali dilakukan, diperbuat.

 Jadi inget slogannya Bang Napi bahwa,

“kejahatanbukan hanya karena ada niat pelakunya tetapi juga karena adanya kesempatan,Waspadalah… Waspadalah…!”,

dan jadi inget pula seorang rekan kerja yang berujar mengungkapkan keheranannya dan ketidaksukaannya saat kami sedang ngobrolin kasus Alm. Yuyun itu ;

“ Tuh kan…,hukumannya ringan… gak bikin jera sih.., emang mestinya perkosaan kaya’ gitumbokya dikasih hukuman beratan… misalnya kebiri gitu…”

Saya memaklumi dan sepaham usulan teman saya itu yang saat ini juga tengah dijadikan salah satu alternatif hukuman bagi para pelaku kejahatan demikian oleh pemerintah.

Tapi bila dikorek – korek lagi, entah kita sadar atau enggak, realisasinya memang ada perilaku kita sebagai orang dekat atau sekitar yang ikutan andil memaksimalkan tindakan kejahatan seksual demikian, itu tuh… setali tiga uang dengan bunyi slogan Bang Napi yang terakhir, Kesempatan dan Kewaspadaan. Meski sepele, 2 poin tersebut keseringan lupa alias terabaikan justru saat kita dalam upaya mencegah tindak kejahatan apapun, tidak hanya perkosaan.

Kesempatan

Dalam hal ini tidak sedang mengomentari mereka yang sudah berpakaian dan berperilaku sopan yah…,tapi ada koreksi bagi mereka yang belum bersikap demikian. Mengapa? Saat seorang ipar saya menggunakan bus APTB misalnya, seorang wanita yang tidak kebagian tempat duduk mengenakan dress yang “aduhai”. Benar memang kondisi di dalam bus meski terisi penuh tidak sampai terlalu berdesak – desakan, tapi guna meminimalisasi pelecehan di dalam kendaraan umum kan ada baiknya untuk keamanan diri sendiri agar mengenakan pakaian yang “tidak mencolok” begitu bukan?. Bukannya gak boleh loh ya.., bilapun memang ada tuntutan tampil menarik maka bisa pula memilih mengenakannya di lokasi (karena boleh jadi saat sudah dilokasi yang sesuai berpenampilan demikian lumrah – lumrah saja) atau tampil menarik yang disesuaikan, karena kesan “berpenampilan menarik” dimaknai berbeda – beda bagi tiap orang sehingga adapula ditemukan kesan berpenampilan menarik yang ingin ditampilkan justru dinilai seronok.

Mungkin kebanyakan atau sebagian kita akan ada yang berseloroh “ah yang berjilbab kena kejahatan seksual bahkan diperkosa juga ada kok, kurang tertutup apa coba?”, atau “tuh di Sudirman – Thamrin aja bule – bule seliweran wara – wiri pakaibaju minim semua, tapi adem ayem aja mereka gak kena pelecehan seksual kok”. Baiklah, fakta di lapangan memang mencatat bahkan yang berpakaian sopan, rapi, juga tertutup pun ada yang tertimpa tindak kejahatan seksual demikian, kalau dipikir lagi macam se-seksi atau se-seronok apa sih itu si batita kok ya sampai diperkosa?, tetapi yang ingin saya pertebal memang bukan perkara si korban yang mengundang dan dipersalahkan, tetapi bagaimana kita tetap dalam upaya meminimalis timbulnya kejahatan itu sendiri, bukankah kita memang harus berupaya semaksimal mungkin untuk kebaikan diri sendiri?.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline