Berita media massa terhangat minggu ini, selain episode Gayus adalah lontaran kritik para pemuka agama tentang kebohongan pemerintah terhadap publik. Saya lebih memilih 9 plus 9 kebohongan publik, 9 kebohongan baru plus 9 kebohongan lama. Memakai angka 9 saya rasakan lebih mantab. Memperhatikan pertemuan antara para tokoh agama denganpresiden dengan jajarannya semalam, menurut hemat saya laksana membuka 1 atau 2 pintu bendungan Katulampa Bogor, agar debit air terkendali dan tidak menyebabkan tanggul rusak maka diaturlah pintu air menuju sungai Ciliwung.
Seperti yang disampaikan oleh Din Syamsudin dan Jerry Sumampauw yang mengikuti pertemuan semalam, bahwa pertemuan belum menyangkut substansi permasalahan. Para tokoh agama sudah menyampaikan ke 9 plus 9poin kegelisahan itu, namun tanggapan masih bersifat normatif dan biasa, ada banyak kelemahan akan diperbaiki, terimakasih atas masukannya. Bahkan Jerry Sumampau berpendapat bahwa setiap jawaban yang diberikan pemerintah adalah sebuah upaya pembelaan diri yaitu dengan memaparkan keberhasilan-keberhasilannya. Saya bisa memahami mengapa pemerintah atau presiden bersikap demikian, karena sesuai dengan survey harian Kompas walaupun apresiasi publik turun terhadap kinerja pemerintah, namun derajat kebanggaan dan kepercayaan mereka terhadap sosok Presiden Yudhoyono masih terbangun kokoh, bahkan 69% responden tidak menginginkan terjadinya pergantian pucuk pimpinan negara. Nah lhoh. Ibarat pertandingan olah raga, atlet yang bersangkutan sedang melakukan pemanasan. Ibarat suami istri yang akan bercinta, tahapan ini masih sebatas fore play. Tentang pertandingan sebenarnya atau proses coitusnya, kita dapat menyimaknya pada minggu-minggu ini, atau akan ada kasus besar lainnya yang berkesempatan di blow up media sehingga peristiwa ini seperti tertiup angin? Walahualam.
Jika kita masih mengingat tahun 1998, sebelum lengser Soeharto juga mengundang para tokoh agama untuk melakukan dialog bersama, maka jangan pernah remehkan tokoh agama ketika mereka mulai gelisah dan ‘berteriak’. Apalagi seperti yang diutarakan Gus Solah bahwa akan mengajak LSM dan kalangan kampus untuk membahas kondisi pemerintahan saat ini, cerita dapat menjadi lain jika tokoh agama ini mengajak LSM dan kalangan kampus karena tidak bisa dipungkiri kekuatan moral, budaya dan pendidikan sama besar pengaruhnya dengan kekuatan politis. Perkembangan kondisi ini mestinya mendorong partai-partai untuk berhitung ulang akan posisi mereka. Ataukah hanya akan memantau perkembangan saja mengingat jalan episode pemakzulan sangat lah panjang yang akan ditempuh?
Lampu kuning untuk pemerintah. Meminjam istilah Albiener Siagian: Katakanlah yang benar! Karena tidak mengatakan yang benar, sama bohongnya dengan mengatakan yang tidak benar. Segera lakukan perbaikan dengan cepat dan tanpa pandang bulu, utamakan memprioritaskan penyelesaian ke 9 plus 9 itu dan membuktikan bahwa kepemimpinan nasional adalah dalam well leadership dan well managerial jauh lebih penting dari pada berkutat dengan mempermasalahkan angka-angka. Hasil survey Kompas diatas akan dapat berbalik arah dengan drastis jika gegabah mengambil sikap. Pemakzulan oleh rakyat jauh lebih menyita ‘ongkos’ yang lebih besar.
Ilustrasi : kpppratamakaranganyar.blogspot.com
Salam hangat Kompasiana
Erfan Adianto
Seorang buruh biasa
-o-
Postingan saya terdahulu dan asli hanya di Kompasiana
Pemakzulan, Sebuah Jalan Panjang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H