Lihat ke Halaman Asli

Negeri Para Preman

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Alkisah di sebuah negeri antah berantah, yang sangat terkenal pada jaman dulu sebagai penghasil rempah rempah, dan terkenal pula dengan kekayaan alamnya seperti emas, tembaga, minyak bumi, batubara dan hutan rimbanya yang menjadi paru-paru dunia, sedang merana menghadapi kenyataan pahit dalam kehidupannya yaitu hampir semua penduduknya terjangkit sebuah penyakit yang sebetulnya tidak misterius, yaitu premanisme.

Di postingan ini, saya tidak akan membahas penyakit apa itu premanisme, biarlah para dokter di kompasiana yang nanti akan menambahkannya, atau andapun akan menambahkannya sendiri, saya akan dengan senang hati menerimanya, kalaupun berbeda penafsirannya dengan saya hal itu mestinya dapat dimaklumi saja, toh rumah sehat ini menganut prinsip-prinsip demokrasi, dan perbedaan pendapat adalah wajar tentunya.

Negeri antah berantah ini rupanya sangat menderita karena penyakit premanisme, karena hampir seluruh sendi-sendi kehidupan telah terjangkit penyakit ini. Kekayaan alam negeri ini hampir terkuras oleh negeri asing, hanya gara-gara para penguasa negeri ini terkena pula virus premanisme sehingga mudah tergiur dan menghilangkan perasaan malu lagi dalam menerima uang suap untuk meloloskan undang-undang maupun peraturan pemerintahnya, apalagi klausul-klausul kontrak karyanya benar-benar sangat menguntungkan negeri asing dengan modalnya sangat besar. Tentunya dengan uang suap yang memenuhi pundi-pundi penguasa dan dengan jargon-jargon memberikan lapangan kerja untuk warga pribuminya, pemodal asing ini dengan leluasa mengeruk segala macam kekayaan alam yang terkandung di perut bumi negeri ini.

Virus bernama premanisme ini ternyata menyerang pemangku kepentingan di bidang kehutanan, seperti dikenal oleh dunia, negeri antah berantah ini demikian terkenalnya dengan hutan yang lebat dan menjadi andalan sebagai paru-paru dunia, namun akibat sebuah virus bernama premanisme ini, hutan belantara yang lebat dibabat habis dengan berkedok hak pengelolaan hutan. Jangan salah, untuk mendapatkan hak ini virus premanisme menyerang dengan ganas pula, tentu para pejabat yang mengeluarkan hak ini tidak segan-segan meminta uang suap untuk memperlancar keluarnya hak ini. Hal ini berlanjut dengan tingkah para pengusahanya dengan membabat habis wilyah diluar hak pengelolaan hutan yang telah diijinkan para aparatnya itu. Tentunya aparat dilapangan mengetahui saja apa yang dilakukan para pengusaha hutan itu, sehubungan sudah terjangkit penyakit premanisme akut ini untuk menutupi hal itu maka tidak segan pula meminta upeti kepada para pengusaha hutan ini. Tidaklah heran jika terjadi hujan yang tidak begitu deras sehari saja, banjir bandang melanda kawasan pemukiman disekitarnya. Menanam kembali? Sepertinya jauh panggang dari api.

Jalan raya negeri antah berantah ini sangat memprihatinkan karena banyak lubang-lubang menganga., tentu saja tidak nyaman untuk dilalui berkendara, alkisah dalam perawatannya kontraktor pelaksana perawatan jalan memanipulasi bahan dan metode pekerjaannya sehingga kualitas jalan raya tampak luar sepertinya memenuhi criteria kualitas yang ditetapkan, namun kenyataannya berkata lain, salah satu sebab mengapa hal ini bisa terjadi adalah karena untuk mendapatkan tender proyek perbaikan jalan raya ini, tidak sedikit biaya uang suap ataupun biaya menjamu pejabat terkait agar dapat meloloskan proposal tender tersebut. Makin parahnya kondisi jalan raya negeri antah berantah ini adalah kebiasaan  para pengusaha angkutan barang yang selalu mengangkut barang melebihi batas muatan yang diijinkan. Menurut salah satu pengendara yang mengangkut barang dari satu daerah menuju ke daerah lain, tidak ada gunanya mematuhi aturan dengan batas berat beban karena kurang atau lebih sama saja ,di jalanan memang harus memberi uang rokok untuk para aparat yang telah menunggu di posnya masing-masing (ternyata virus premanisme sudah menyerang aparat negeri antah berantah ini). Janganlah berharap bisa sampai ke tujuan jika tidak memberi upeti ini.

Seperti negeri-negeri lainnya yang menganut system demokrasi, tentulah negeri antah berantah ini mempunyai sebuah lembaga yang bernama dewan perwakilan rakyat yang dipilih melalui pemilihan umum. Salah satu tugas dewan ini adalah melakukan perancangan anggaran yang akan digunakan oleh instansi-instansi pemerintahan, karena sudah sedemikian akutnya virus premanisme ini, maka anggota dewan ini tidak segan-segan meminta uang kepada instansi-instansi pemerintah ini supaya dapat disetujui jumlah, besaran dan peruntukan anggaran instansi pemerintah ini, dengan alasan yang cukup sederhana saja, toh anggaran itu kelak akan dipalak juga oleh pejabat pejabat instansi tersebut,mengapa tidak saya palak duluan? Benar saja penyakit ini sudah menjadi wabah.

“Kalau Bisa Dipersulit, Mengapa Harus Dipermudah”, begitulah kira-kira semboyan birokrasi pemerintahan negeri antah berantah ini dan itu terpampang dengan jelas disetiap meja aparat dan pejabat birokrasinya. Contoh kecilnya adalah unit pelayanan pembuatan  kartu tanda penduduk, rakyat negeri ini dengan sukarela harus melalui setiap meja dan menyerahkan uang suap agar urusan pengurusan kartu tanda penduduk dapat segera selesai, apabila tidak memberikan uang suap ke setiap meja itu, janganlah berharap akan segera dikerjakan kartu tanda penduduk itu. Demikian pula untuk mendapatkan surat ijin usaha, mengurus pajak dan lain sebagainya, pastilah lancar jika memberi uang suap ataupun upeti kepada aparat ataupun pejabat terkait.

Virus premanisme ini memang sudah benar-benar mewabah di seantero negeri antah berantah ini bahkan para dokter, ahli, professor dari negeri lainpun didatangkan untuk menemukan metodologi pembasmian virus ini namun hasilnya belumlah seberapa, sehingga sudah tidak dapat dibedakan lagi antara yang belum terkena virus dengan yang sudah akut menderitanya, barangkali yang bisa membedakan adalah warga atau penduduk yang belum terkena virus premanisme ini adalah kehidupan yang bersahaja dan hati nuraninya yang masih bersih dan selalu berdoa agar virus ini tidak menular ke dalam tubuh, hati dan pikiran dirinya dan keluarganya, disisi lain bolehlah saya menyebut warga yang terkena penyakit premanisme ini dengan para preman.

Kisah ini hanyalah sebagian kecil dari sendi-sendi kehidupan yang terkena penyakit akut premanisme, kisah-kisah lain dan seru tentu anda dapat menambahkannya sendiri sesuai imajinasi anda.

Catatan: postingan ini terinspirasi oleh komentar Pak Subagyo di postingan saya yang lain dengan judul  Doa Para Petinggi Negeri : “Semoga Jakarta Hujan Deras”

Sumber ilustrasi: www.tongginghill.wordpress.com, www.republika.co.id, www.primaironline.com

Salam Kompasiana

Erfan Adianto,

seorang buruh biasa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline