Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli barang.
Tak ada seni jika dalam pasar kekurangan salah satunya. Bayangkan jika dalam pasar hanya terdapat penjual, siapa yang mau beli barang jualannya. ? Atau hanya terdapat pembeli, mereka mau beli apa ?
Selain pasar, saat ini sudah banyak terdapat tempat jual beli barang, seperti mall, supermarket, toko, mini market dan sebagainya.
Tadi siang, saya mengunjungi salah satu pasar yang terdapat di Sentani kabupaten Jayapura Papua. Pasar tersebut ialah pasar Pahara Sentani.
Pasar yang seluas dua kali lapangan sepakbola ini merupakan salah satu pasar terluas dan bisa dikatakan pasar terbaik di Jayapura.
Sesuatu yang bisa dikatakan menarik di pasar ini ialah pasar yang memiliki nilai toleransi yang tinggi. Dalam pasar ini campuran mama-mama Papua dan penjual non Papua dengan berlatarbelakang budaya dan agama yang berbeda-beda berkumpul di pasar ini.
Mengapa dikatakan pasar yang memiliki nilai toleransi yang tinggi ? Ada banyak hal yang bisa dinilai seperti pada hari raya Natalan, semua penjual yang berbeda-beda agama namun berjualan pernak-pernik Natal, busana natal, memutar musik-musik rohani Kristen
Begitu sebaliknya, jika hari raya lebaran semua penjual menjual pernak-pernik dan memutar musik yang bertema Islamiah.
Bulan lalu saya bertemu salah satu mama Papua berjualan di pasar ini, yang mengagetkan saya adalah ia berjualan ketupat dan pernak-pernik Ramadhan dan saya salut akan hal ini dan juga pernah di bulan Desember lalu seorang pemuda memutar lagu-lagu natal sambil ia ikut menyanyikan lagu-lagu tersebut.
Dalam dua contoh diatas, ada yang salah ? Yang beranggapan salah merupakan mereka yang tidak memiliki nilai intoleransi dalam setiap ajarannya.
Saya tidak membahas hal ini lebih mendalam, saya hanya ingin membahas kebiasaan aneh pembeli jika berada di pasar.