Lihat ke Halaman Asli

Erenzh Pulalo

Akun Baru

Dampak Hari Lebaran bagi Aktivitas Perekonomian di Sentani

Diperbarui: 2 Mei 2022   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Sentani merupakan kota perekonomian bagi kabupaten dan kota Jayapura. Dahulu kala wilayah yang penuh dengan hutan sagu ini, kini berubah seketika menjadi pusat perekonomian bagi beberapa kabupaten di Papua

Beberapa kabupaten seperti Jayawijaya, Pegunungan Bintang, Mamberamo, Boven Digoel, Keerom, Sarmi, dan beberapa kabupaten lainnya selalu membeli dan mendistribusikan barang dagangan dari kota ini.

Kota yang memiliki luas 225,8 Km banyak memiliki mall, ruko dan beberapa tempat pembelanjaan yang sudah pasti menyediakan segala yang diperlukan konsumen.

Namun apa daya hari ini (1/5) walaupun sudah pukul 10.22 keadaan kota ini seperti kota mati yang tidak seperti biasanya.

Keadaan pasar Pahara Sentani / Dokpri

Wilayah yang jika pagi hari selalu menjadi kota macet, kini kendaraan hanya bisa dihitung jari, mal dan toko yang selalu buka full 24 jam kini semua tutup.

Ibu-ibu yang selalu tiap pagi pergi belanja, pagi ini hanya menatap kebingungan. Mungkin mereka bertanya ada apa gerangan?

Namun pada dasarnya kota Sentani sejak dahulu merupakan kota yang memiliki nilai toleransi yang tinggi. Saling menghargai antar sesama sudah tertanam dalam setiap pribadi individu masyarakat Jayapura.

Kota Sentani hari ini aktivitas perekonomian ditutup sementara untuk menghargai teman-teman Muslim dalam menjalankan hari raya lebaran.

Namun dari tutup sementaranya mal, toko, pasar dan tempat pembelanjaan lainnya berdampak pada perekonomian masyarakat. Ibu-ibu yang selalu berjualan mencari rupiah untuk pembiayaan  anak sekolah, kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan lainnya hari ini tidak mendapatkan apa-apa, hanya modal yang dikeluarkan namun pemasukan tidak ada.

Ada beberapa ibu-ibu yang berjualan, sejak pukul 5 pagi sudah hadir di pasar, hanya beralaskan karung beras, mereka yang menjadi tulang punggung keluarga berjuang namun hingga siang belum mendapatkan konsumen yang bisa membeli barang dagangannya.

Beberapa ibu-ibu seperti berjualan nasi bungkus, kadang tiap pagi bisa ludes 100-200 bungkus, namun hari ini tidak ada yang membeli, ibu-ibu yang berjualan papeda bungkus dalam satu hari bisa habis 100 bungkus hari ini tidak ada pembeli. Ibu-ibu dari pagi memetik sayur di kebun dan berjualan namun satu ikat pun tidak dibeli.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline