Lihat ke Halaman Asli

[Rindu] Rinduku

Diperbarui: 8 September 2016   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


[/Bolang]

Rinduku berjelaga, tak terjamah
Sepertinya orang orang enggan menyentuhnya

Rinduku mengering, binasa
Seolah olah hujan tak sudi membasahinya

Detik berlari
Musim berganti
Rindu tercekik
Aku terpekik

Rinduku mati!
Rinduku mati!
Mati!

 

"Mas aku rindu, kapan kita bisa bertemu?" Aku mengirimkan pesan singkat ke nomer hp kekasihku, Firman. Entah ini rindu yang keberapa yang aku kirimkan minggu ini. Puluhan, atau bisa juga ratusan. Aku tak pernah bisa menahan rindu di dadaku, apalagi menyimpannya lama lama.

5 menit, 1 jam, balasan yang aku tunggu tak kunjung datang. Puluhan, atau mungkin ratusan rindu yang telah aku kirim kepada kekasihku itu, sepertinya salah jalan atau tersesat hingga tak pernah sampai tujuan. Dadaku perih, mataku pedih, dan air mata mulai mengalir tanpa bisa aku cegah.

Momen momen seperti ini yang membuatku serba salah. Kalau menuruti rasa rindu, aku pasti sudah pergi ke rumahnya atau ke tempat kerjanya, lalu menghambur ke pelukannya. Tapi, ah, siapalah aku. Untuk menunjukkan rasa sayang di depan umum saja, aku tak berhak.

Aku melempar handphone ku ke atas ranjang dengan kesal. Entah kapan rindu yang membuncah di dadaku ini bisa aku tuntaskan.

"Aku mencintaimu, aku mencintaimu seperti pecandu yang mencintai secangkir kopi hingga ke tetes tetes terakhirnya," ujarnya suatu ketika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline