Lihat ke Halaman Asli

Sayang, Kau Mati Saja

Diperbarui: 10 Februari 2016   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi: koleksi pribadi"][/caption]Dia terlihat cantik, sangat cantik. Terlalu cantik untuk membiarkannya menjadi milik orang lain. Aku bisa gila!. Ataukah sekarang aku memang sudah gila?. Aku begitu mencintainya dan aku sangat takut kehilangan dia. Aku tak kuasa melihat dia berada di pelukan orang selain aku. Tidak!. Aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi.

"Aku akan menikah Riv," ujarnya tiba tiba. Aku tersentak tak percaya. Dengan cepat aku memutar tubuhnya menghadap ke arahku. Matanya mengerjap indah, aneh, ada setetes air di ujung matanya. Raut mukanya pun tak secerah biasanya, ada kecemasan disana.

"Kamu bercanda kan Dey, kamu pasti sedang bercanda. Kamu mencintaiku, aku tahu. Dan kamu tidak akan pernah meninggalkan orang yang kamu cintai untuk menikah dengan orang lain."

Senyum tipis tersungging di sudut bibirnya, "Ya Riv, aku hanya bercanda." Sedetik kemudian ia memeluk erat tubuhku hingga aku hampir tak bisa bernafas.

"Ah, kau hampir membuatku gila Dey!"

***

Sudah kali ketiga kekasihku yang cantik itu menolak ajakanku untuk datang ke apartemenku, tempat dimana kami biasa memadu kasih. Padahal hari ini aku benar benar rindu. Aku sudah membayangkan memeluk tubuhnya dari belakang saat ia datang,  lalu menciumi lehernya yang jenjang. Bahkan aroma parfum yang biasa ia pakai sudah tercium jelas hingga mengacaukan isi otakku.

"Alasan apa lagi yang akan kamu berikan Dey?, ibumu mengajakmu untuk menjenguk nenekmu yang sudah tua?, atau penyakit lambung ayahmu kambuh lagi?, tak biasanya kamu begini Dey, aku begitu merindukanmu dan aku bisa gila kalau kamu begini terus." 

"Penyakit lambung ayahku kambuh sejak semalam Riv, dan aku harus menemaninya ke Rumah sakit. Rasa rinduku sebesar rindumu padaku Riv, kamu pasti tahu," jawab Dey singkat sebelum menutup telpon. Aku menggigit bibirku kuat kuat, perih. Darah segar menetes perlahan.

Rasa rinduku membawa mobilku kearah rumah orang tua Dey, kekasihku itu memang masih tinggal bersama kedua orang tuanya karena Dey anak tunggal. Mobilku aku pacu kencang dan aku merasa beruntung karena mobil Dey masih terparkir  di depan rumah.  Aku memarkir mobilku di tempat yang tak bisa dilihat dari rumah Dey, tapi aku masih bisa melihat mereka saat keluar rumah. Semoga ayah Dey tak mengenali mobil milik orang yang pernah ia usir karena ketahuan tengah mencium bibir putri tercintanya di teras rumah.

Setengah jam telah berlalu namun mereka belum juga keluar dari rumahnya. Aku hampir saja nekad masuk ke rumahnya saat terlihat sebuah mobil fortuner berwarna hitam memasuki halaman rumah Dey. Pria muda keluar dari mobil lalu masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian dia keluar lagi sambil menggandeng tangan Dey, Dey?, tunggu, aku pasti salah melihat, tidak mungkin kekasih yang mencintaiku itu mau digandeng orang lain. Aku mengucek kedua mataku, aku berharap mataku yang sedang bermasalah, tapi tidak, wanita yang sedang digandeng tangannya itu memang Dey. Sial!.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline