Keberadaan Musim Layangan
Pada beberapa bulan lalu, beberapa kawasan di Indonesia, tidak terkecuali dengan daerah Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Tulungagung dan sekitarnya mengalami fenomena alam berupa hembusan angin yang cukup kencang. Hal ini memang biasa terjadi di pertengahan tahun, antara Juni hingga sekitar Agustus, yang ditengarai sebagai tanda pergantian musim.
Momen tersebut seolah membangunkan kembali kegiatan telah tertidur selama hampir setengah tahun, yaitu budaya layang-layang, atau dalam bahasa lokal, populer dengan istilah layangan.
Bermain layangan ini membius hampir semua lapisan masyarakat, dari dewasa hingga anak-anak, semuanya ikut serta memeriahkan musim layang-layang kali ini.
Populernya permainan tradisional layangan juga menjadi sebuah ajang pewarisan pengetahuan antargenerasi. Proses pewarisan tersebut lebih mudah dikatakan dengan penggambaran seorang ayah yang mengajari anaknya mengenai permainan ini, mulai dari mengenalkan, proses pembuatan, cara menerbangkan, hingga mengkreasikannya.
Pewarisan ilmu kelayang-layangan ini kemudian berdampak pada munculnya berbagai bentuk kreasi layang-layang yang beredar dan mengangkasa, mulai yang dari bentuk basic dengan beraneka warna atau gambar, hingga yang berukuran besar berbentuk ikan, naga, hingga kuntilanak.
Proses tersebut juga menghidupkan kembali industri pembuatan layang-layang, yang tentunya menjadi salah satu alternatif menggerakkan roda ekonomi di sektor mikro.
Namun, sebenarnya keberadaan musim layangan ini, selain berdampak bagi beberapa segi kehidupan, harusnya juga dapat memberikan dampak bagi dunia pendidikan.
Apalagi dengan kondisi pembelajaran yang masih serba jarak jauh dan terbatas, tentunya menjadi suatu hal lumrah jika siswa atau anak-anak menjadi cepat sekali bosan. Sehingga dengan adanya momen musim layang-layang ini, dapat dimanfaatkan sebagai media belajar yang menarik.
Belajar dan Bermain dengan Layang-Layang
Apabila mencoba untuk membandingkan pendapat ketika anak-anak diberikan pilihan antara bermain layang-layang atau belajar materi yang diajarkan di sekolah, maka bukan tidak mungkin mayoritas akan memilih untuk bermain.