Lihat ke Halaman Asli

Erdi Alifiyansyah

Marketing Communication Student

Jurnalis Harus Menjadi Multitasking dan Mulai Mengikuti Perkembangan Era Digital Saat Ini

Diperbarui: 19 Oktober 2023   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Freepik.com

Perkembangan era digital tidak dapat dipungkiri mampu mengubah berbagai aspek kehidupan dalam hal efektivitas dan efisiensi. Begitu pula dengan negara berkembang seperti Indonesia yang selalu dituntut untuk mengadopsi digitalisasi untuk mempermudah pekerjaan masyarakatnya. Segala bidang yang dapat mendukung pertumbuhan negara diharapkan untuk mulai menggunakan teknologi, termasuk jurnalistik.

Di tengah perkembangan teknologi yang semakin canggih, pencarian informasi atau berita dapat dilakukan dengan mudah, hal ini menjadi peluang besar bagi wartawan untuk membagikan hasilnya melalui media yang sudah ada di era teknologi digital. Namun, perlu diketahui banyaknya berita hoax tidak dapat terbendung di era teknologi digital seperti ini.

Banyaknya berita hoax menyebabkan turunnya rasa kepercayaan masyarakat kepada media cetak, media penyiaran, dan media berbasis internet yang menyajikan berita. Diperlukan kriteria tertentu untuk menjadi seorang wartawan yang baik, antara lain objektivitas, kejujuran dan akurasi, kemampuan wawancara dan kesadaran teknologi. Seorang wartawan yang baik harus mengikuti perkembangan teknologi terbaru yang berkaitan dengan media dan jurnalisme.

Menjadi wartawan berarti harus bisa mencari informasi dengan kredibel dan apa adanya. Untuk mendapatkan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan, para wartawan harus bisa meminimalisir terjadinya kesalahan dalam merekam atau mencatat. Dalam hal ini wartawan dapat memanfaatkan teknologi untuk mengatasi hal tersebut. Hal ini didukung oleh Ketua Komisi Pendidikan Dewan Pers, Tri Agung Kristanto dalam sambutan Pembukaan Training of Trainer (TOT) Tes Penguji Kompetensi Wartawan, di Gedung Graha Pena, Jakarta (22-23/9/2023) "Hal yang bisa membunuh media cetak saat ini yakni ketidakmampuan insan pers (wartawan) beradaptasi dengan digitalisasi," ujarnya. 

Tri juga menyebut, justru era digitalisasi ini harus dilihat sebagai peluang untuk memberikan hasil yang optimal. Hal ini juga didukung oleh Dirut Rakyat Merdeka Kiki Iswara, "Publik kini lebih membutuhkan berita yang akurat dan komplet. Pengambil keputusan di pemerintahan pun justru mengambil data dari koran sebelum memutuskan sebuah kebijakan," ujar Kiki.

Permasalahan teknis kerap kali terjadi ketika wawancara, namun dengan memanfaatkan teknologi dapat meminimalisir permasalah tersebut. Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan yakni teknologi AI seperti Speech-To-Text dari Widya Wicara. Artificial Intelligence ini dapat membantu mengkonversi audio menjadi text sehingga tidak perlu dua kali kerja untuk mendapatkan poin-poin yang ada pada saat wawancara. "Penggunaan teknologi Speech-to-text dapat menjadi solusi untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan pada saat notulensi," ungkap Alwy Herfian Satriatama, CEO Widya Wicara. 

Alwy menambahkan penggunaan Speech-To-Text dari Widya Wicara juga memiliki banyak keunggulan, seperti meningkatkan efisiensi waktu dan menghasilkan catatan yang konsisten dan tentunya akurat. Dengan menggunakan Speech-To-Text dari Widya Wicara dapat membuat pekerjaan pers menjadi lebih efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan Speech-to-Text dari Widya Wicara memiliki Real Time Factor (RTF) -0.6, yang mana dalam kurun waktu 60 detik dari suara yang direkam dan dapat dikonversi menjadi teks dalam -36 detik. Selengkapnya di www.widyawicara.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline