Lihat ke Halaman Asli

Mobil Murah, Kontroversi Setengah Hati

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ribut-ribut soal mobil murah ternyata hanya terjadi di media, kenyataan di lapangan tetap adem ayem saja. Setidaknya sampai hari ini belum ada demonstrasi menolak kebijakan mobil murah. Padahal biasanya, setiap kali ada kebijakan pemerintah yang dirasa kurang pas selalu disambut dengan unjuk rasa yang meriah. Contohnya kebijakan kenaikan TDL, dan kenaikan harga BBM.

Saya iseng buka google, mencari kalau-kalau ada yang berhubungan dengan frasa "demo menolak mobil murah," tapi yang muncul malah demo penolakan Miss World. Memang sama-sama demo, hanya beda tuntutan. Entah kemana para mahasiswa yang biasanya rajin berdemonstrasi dan berorasi untuk (katanya) membela rakyat kecil. Ah, barangkali saat ini para mahasiswa malah tengah dilanda kontroversi hati setelah membaca brosur daftar harga mobil murah. Mahasiswa kan sudah cukup umur untuk punya SIM A.

Beberapa kepala daerah memang kompak menyerukan penolakan terhadap kebijakan mobil murah. Tapi hanya tim dari "sudut merah" yang tampak gagah berani melawan gencarnya serangan tim dari "sudut biru", sehingga sulit menepis dugaan ada kepentingan politik yang diusung kedua kubu dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat, apalagi Menteri Perindustrian tampak seakan mencoba berkelit dari medan tempur dengan menggunakan taktik "no comment" (detik.com 23 September 2013). Asal tahu saja, Pak Menteri ini dari tim kuning. Mungkin beliau mau main aman.

Saya juga sempat membaca komentar-komentar bernada penolakan mobil murah di media online. Tapi bisa saja yang menolak itu adalah para pemilik mobil mahal yang takut jalanan jadi semakin sempit dengan hadirnya mobil murah.

Mari bayangkan, para pejabat sibuk melakukan manuver dan merancang taktik politik, orang kaya khawatir jalanan semakin padat, kaum menengah sedang lihat-lihat brosur dan menghitung tabungan untuk beli mobil murah dan bikin SIM, sedangkan rakyat miskin hanya jadi penonton sambil mengelus dada. Jika rakyat kecil memilih diam, itu karena mereka sudah bosan protes. Karena protes pun pasti tidak akan didengar. Jadi lebih baik diam. Diam tidak selalu berarti setuju.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline