Lihat ke Halaman Asli

Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan ala Ibu Rumah Tangga

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14165340221851662924

Belum lama ini, presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi jenis premium dan solar. Premium (kita lebih mengenalnya dengan nama bensin) naik dari harga Rp. 6.500,- per liter menjadi Rp. 8.500,- per liter. Sedangkan untuk jenis solar, dari yang tadinya Rp. 5.500,- menjadi Rp. 7.500,- per liter. Tak pelak keesokan harinya harga barang dan jasapun turut naik. Angkot yang tadinya Rp. 4.000,- menjadi Rp. 5.000,-. Begitupun dengan harga kebutuhan pokok di pasar. Tidak hanya beras, sayur mayur, minyak goreng, cabai, ikan, ayam, semua pada naik harga.

[caption id="attachment_355310" align="aligncenter" width="333" caption="Harga kebutuhan pokok yang melonjak (dok. pribadi)"][/caption]

Sebagai ibu rumah tangga yang notabene bertugas sebagai pengatur dan pengelola keuangan keluarga, tentu saja kita harus bijak menyikapi kenaikan harga BBM dengan efek dominonya tersebut, sebab jika tidak maka stabilitas sistem keuangan keluarga bisa berantakan. Lantas apa saja yang bisa ibu-ibu lakukan agar stabilitas sistem keuangan (SSK) keluarga bisa aman?

Mari kita mulai dari diri sendiri dan keluarga! Sebagai ibu rumah tangga, kita harus bisa meminimalisasi pengeluaran. Kebutuhan pokok memang harus terpenuhi meskipun semua harga sudah berubah harga. Tapi kita bisa memanfaatkan lahan atau halaman rumah kita untuk ditanami berbagai macam tanaman guna mengurangi beban belanja. Seperti saya misalnya, yang menanam lombok, daun seledri, kemangi, dan daun kucai di halaman. Tanaman-tanaman tersebut bisa kita tanam dalam pot-pot ataupun langsung pada tanah di pekarangan kita. Hasilnya memang tidak seperti petani, tapi setidaknya cukup untuk kita konsumsi sendiri. Dengan demikian kita bisa menghemat bukan? Terlebih akhir-akhir ini yang namanya cabai menyentuh harga hingga seratus ribu rupiah per kilonya. Anda juga akan mendapatkan sensasi lain saat memetik lombok bersama suami ataupun buah hati kita sendiri di halaman.

[caption id="attachment_355311" align="aligncenter" width="206" caption="Tanam lombok di halaman (dok. pribadi)"]

14165341661125942574

[/caption]

Selain itu, seiring naiknya harga BBM kita juga harus sedikit mengurangi aktivitas yang menggunakan kendaraan bermotor. Sebelum kenaikan harga, harga bensin eceran di daerah kami mencapai Rp. 8.000,- hingga Rp. 9.000,- per liter. Sesudah kenaikan menjadi Rp. 11.000,- sampai Rp. 12.000,- per liter. Dengan mengurangi aktivitas yang menggunakan kendaraan bermotor, maka kita bisa meminimalkan pengeluaran bukan? Kita cukup berjalan kaki saja jika tempat-tempat yang ingin kita jangkau tidak terlalu jauh. Selain hemat, juga sehat bukan?

[caption id="attachment_355312" align="aligncenter" width="269" caption="Tanam sayur dalam pot, lebih sehat, lebih segar, lebih ekonomis (dok. pribadi)"]

14165343621302671870

[/caption]

Usaha lain yang bisa kita lakukan yakni terkait uang saku anak. Siapkan aneka kue dan makanan untuk bekal anak. Dengan demikian kita bisa mengurangi volume anak jajan di luar. Selain lebih hemat, kita tetap bisa mengontrol gizi buah hati kita.

Masih banyak hal-hal kecil lain yang bisa kita lakukan agar stabilitas sistem keuangan kita tetap aman. Jika semua ibu rumah tangga bisa menjaga stabilitas sistem keuangan keluarga masing-masing, bukan tidak mungkin stabilitas sistem keuangan Negara kita juga akan aman. Bukankah wanita adalah tiang Negara? Jika baik wanitanya maka baiklah negaranya dan jika rusak wanitanya maka rusak pulalah negaranya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline