Lihat ke Halaman Asli

Era Sofiyah

Buruh tulis

Tak Perlu Gengsi Memakai Produk Daur Ulang, Begini Langkahku Menjaga Lingkungan Dari Limbah Domestik

Diperbarui: 9 Februari 2024   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi limbah domestik | foto: euractif.com

Sebuah penelitian yang berjudul "Tracking Marine Litter With a Global Ocean Model: Where Does It Go? Where Does It Come From?" mengungkapkan bahwa 80% sampah plastik di laut dibawa oleh lebih dari 1000 aliran sungai di dunia. Menariknya, kebanyakan sungai yang membawa banyak sampah adalah sungai-sungai kecil yang berada di sekitar pemukiman padat penduduk, bukan dari sungai-sungai besar. Ini masuk akal, bukankah manusia adalah dalang utama timbulnya sampah?

Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022 hasil input dari 202 kab/kota se Indonesia menyebut jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21.1 juta ton. Dari total produksi sampah nasional tersebut, 65.71% (13.9 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik.

Pemerintah Indonesia sendiri terus berupaya dan berkomitmen mengembangkan strategi yang komprehensif. Sebagaimana Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (2017-2025) menargetkan pengurangan sampah plastik di laut sebesar 70 persen pada tahun 2025 dengan tujuan untuk mengendalikan pencemaran sampah plastik dari sumbernya. 

Inisiatif ini adalah bagian dari Global Plastic Action Partnership, yang menggunakan model analitis inovatif untuk pengambilan keputusan berbasis data, memperkirakan investasi yang dibutuhkan, tahapan waktu, jejak lingkungan dan emisi gas rumah kaca serta dampak proyek terhadap kehidupan masyarakat.

ilustrasi sampah laut| Foto: pixabay.com

Secara jangka panjang, pengelolaan sampah dan limbah domestik dapat memperbaiki kualitas air dan udara, yang dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan dan meningkatkan produktivitas. Pengelolaan sampah dan limbah domestik yang tepat juga diyakini dapat berkontribusi terhadap penurunan emisi  GRK sebesar 1,69%. 

Kegiatan pengelolaan sampah yang berkontribusi mengemisikan GRK antara lain : proses penguraian anaerobik sampah (padat/sludge), penimbunan sampah (dalam landfill, SWDS, open dumping), pengolahan sampah dalam anaerobic digester, pengelolaan sampah melalui pengomposan, pembakaran sampah, dan proses penguraian air limbah secara anaerobik.

Sektor Pengelolaan Limbah

Masalah sampah memang tidak pernah habis. Tidak hanya di Indonesia, permasalahan sampah menjadi persoalan serius di seluruh dunia. Berbagai pihak telah memberikan upaya demi untuk mengatasi masalah ini mulai dari negara sampai individu-individu. Hal tersebut juga sejalan akibat dari produksi sampah yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan daya beli masyarakat, dan pola hidup masyarakat. Sampah pasti akan terus ada selama manusia memang masih membutuhkan barang-barang yang pada fase terakhirnya akan menjadi sampah.

Dalam RPJMN 2020 -- 2024 target penurunan emisi bidang pengelolaan limbah, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) telah berkomitmen untuk mengurangi emisi limbah sebesar 9,4% (pada Tahun 2024) dari emisi baseline pengelolaan limbah di tahun 2030.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline